Showing posts with label Kyuhyun. Show all posts
Showing posts with label Kyuhyun. Show all posts

Monday, May 31, 2010

Happy Ice Cream Part 1






annyeong yeorobeun...
kembali lagi sama Haejin-nisya disini...
*udah kayak DJ Sukira 9uw*
ini adalah ff karya dongsengku tercinta, Carina... Carin gomawo udh mw bikinin Onnie ff sesuai request Onnie, sampe bokek gara2 sering ke warnet, saranghae carin...
muach2...
hehehehe...


Author’s POV


“kakak kemana sih??jam segini belum pulang….” Gerutu haejin sambil mengipas-ngipas tubuhnya., “mana disini panas banget lagi….”

“You’re my only… my only… my oh.. oh.. oh..only girl”tiba-tiba ponsel Haejin berdering.
Ia mengangkat telpon yang ternyata dari kakaknya itu.

“yoboseyo.. hya.. Chaeyoung onnie!!kau kemana saja?” omel haejin

“ah.. mianhae haejin-ah… aku sedang kencan bersama Wooyoung.Kau jaga rumah ya.. malam ini aku tidak bisa pulang,aku akan menginap di apartemen Wooyoung” ujar Chaeyoung buru-buru.

“tapi.. onnie?” haejin terlihat ragu dan cemas

“sudah ya.. bye…” Chaeyoung memutuskan telponnya tiba-tiba.

“halo… halo.. onnie?!!onnie!!!”

“aigooo… masa aku harus membereskan apartemen sebesar ini???dan barang-barang sebanyak ini pula?” Haejin melirik ke arah setumpukan kardus yang bertumpuk di depan pintu masuk.
Ia menghela napas panjang. “lebih baik aku beli es krim saja sebelum membereskan semua ini.. daripada bete..”

Haejin berjalan keluar dari apartemennya menuju supermarket yang tak jauh dari situ.
Saat itu ia tak sadar bahwa sesuatu dalam hidupnya mulai berubah total,..

Di Supermarket..

“ehm.,.. aku mau beli yang mana yah??es krim vanilla yang ini enak sekali… tapi choco brownies keluaran terbaru ini aku pengen coba.., huwee… es krim rasa bluberry limited edition yang sudah lama kutunggu…” Haejin asyik sendiri memilih-milih es krim di freezer yang terletak di sudut toko.

Haejin berpikir keras mau membeli yang mana,.. sudah 30 menit dia berdiri disitu.
“huwee… Chi,.. kamu kemana?” suara tangisan terdengar dari belakang Haejin.
Haejin menoleh,.. tak ada siapa-siapa.
Dia merinding sendiri,.. dia berbalik dan melihat-lihat lagi es krimnya.

“ya sudah.. aku beli semuanya aja ahh….” Katanya setelah sekian lama berpikir.

“huwee…. Bilang apa aku sama Ahra noona??” suara tangisan itu terdengar lagi.

Haejin menoleh,.. tapi ia tak menemukan siapa-siapa.

“huwaaa…. Siapa tuh?” Haejin bergidik dan teriak-teriak dalam toko dan ketika ia siap-siap berlari ke kasir. Kakinya tersandung sesuatu..

GEDUBRAAKK!!!!

“Es Krim ku!!!!” pekik Haejin

“hiks… hiks… noona,apa kau baik-baik saja?” Tanya seseorang.

Haejin mendongak,.. “kau yang menangis dari tadi??hiks… es krimku….” Haejin menatapi es krimnya yang malang,. Atau mungkin dirinya yang lebih malang lagi.

“maafkan aku noona….” Kata Anak itu sambil menghapus air mata di pipinya “akan kuganti…”

“yang versi blueberry limited edition hanya sisa satu… hiks.. hiks…” Haejin sesenggukan tanpa mencoba untuk bangkit dari posisinya yang tersungkur di lantai.

“biar aku yang bayar,… tapi.. kau bantu aku cari adikku yah….” Tawar anak cowo yang manis itu.

“iya….” Haejin bangun dan memungut es krimnya yang jatuh dan berjalan ke arah kasir sambil menggandeng tangan anak itu.

Ketika mereka keluar dari supermarket dan berusaha mencari adik anak itu ,.. tiba-tiba ada seseorang yang merebut tas Haejin dari belakang.

“yah.. Maling!!!!” jerit haejin lalu melepas pegangan tangan anak itu dan berlari mengejar maling tadi.

Setelah sekian lama berlari.. menempuh jarak yang cukup jauh,menabrak beberapa orang dan terjatuh berulang-ulang kali,.. Haejin berhenti sejenak dan memegang lututnya yang lemas.

“hoh….hoh…” Haejin mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal.,tapi maling tadi tidak kunjung ditangkapnya.

“butuh bantuan nona?” sebuah suara memanggilnya

“hah?” Haejin berbalik dan melihat seorang cowok keren dengan white Ducati sedang menunggunya di belakang setelah membuka helm-nya dan memperlihatkan separuh wajah tampannya itu.

“woah… cowo ini keren sekali” pikir haejin ,.. tapi pikiran itu langsung buyar mengingat tas miliknya masih berada di tangan maling tadi.

“ayo… naik ke atas,.. biar kukejar orang brengsek itu…” pinta cowo itu.

Haejin melompat ke atas motornya,.. “pegangan yang erat..”

Haejin memeluk pinggang cowo itu,. Dan WUUUSSHH!!!!

Haejin’s POV

Gilaaa… aku gak pernah naik motor dengan kecepatan setinggi ini.
Angin menerpa wajahku dengan kasar,.
Aku memejamkan mata dan memeluk erat namja ini.

Tiba-tiba saja motornya sudah mengarah pada maling yang menangkapku tadi.
Cepat sekali larinya??
Eh… tunggu dulu.., apa yang akan ia lakukan?
Woah!!!!!
“kau gila?kau ingin menabraknya?” teriakku

“kita lihat saja…”

Ckkkiiiitt…..
Roda motor itu berdencit keras saat ia hampir saja menggilas tubuh penjahat tadi.
Aku membuka mataku perlahan,.. apa yang terjadi?
Maling tadi jatuh tersungkur ke tanah.
Dan cowo itu,.. kakinya sudah berada diatas perut maling itu.
Buru-buru aku turun dari motornya,.. tapi.. karena kepalaku pusing karena baru pernah naik motor dengan keadaan seperti itu,aku terjatuh.

“kembalikan barang milik nona ini…” perintahnya

“ya.. ya.. baik..” maling itu segera menyerahkan tas milikku dan kabur meninggalkan kerumunan orang disitu.

Aku hanya bisa terperangah melihat cowo yang menolongku ini,..
Saat ia mengembalikan tas milikku pun,aku hanya diam menatapnya.
Aku mencoba duduk.
Mataku mengikuti setiap gerakannya sampai ia naik ke atas motornya kembali.

“sampai jumpa gadis manis…” katanya sambil mengedipkan sebelah mata dan berlalu begitu saja.

Woah…. Dia tampan sekali.
Kalau saja aku tau namanya,..
Mungkin saja sekarang wajahku sudah merah,atau mataku berbinar-binar.
Tapi… dia memang tampan sekali.

Ehng… tampaknya ada yang kelupaan.
Apa yah??
Ahhh… cowo kecil tadi!!aku berjanji untuk membantunya mencari adiknya…
Yah… kemana cowo itu sekarang?

Tiba-tiba,.. aku merasa ada sepasang tangan yang menopang tubuhku untuk bangun.

“jangan duduk disitu,.. nanti bajumu yang lucu itu kotor…” pinta suara lembut itu.

“ahh… kamu?” tanyaku kaget. Cowo ini imut sekali,.. topinya dimiringkan kesamping,lalu mengenakan hoodie dan kets putih.

“hihihi….” Cowo itu malah nyengir sendirian.

“Terima kasih,.. aku masih harus mencari seseorang” aku membungkuk dan berlari meninggalkannya.

“adik keciil.. kamu dimana?”teriakku berusaha menemukan anak di toko tadi.

Author’s POV

“hihihi… gadis tadi lucu sekali.. ia tidak mengenali aku.., malah mencariku.” Ujar cowo yang menolong haejin tadi.

“hem…. Dia manis seperti es krim…” bisiknya pelan.

Di apartemen..

Haejin menghempaskan tubuhnya ke sofa.
Dirinya lelah sekali..
Sudah dirampok,. Mesti mutar-mutar pusat pertokoan nyari anak tadi.
Tapi.. tetep aja gak nemu.,sudah begitu pulang tanpa membawa es krim pula.
Tapi.. gak ada ruginya juga,. Hari ini aku ditolong dua cowok cakep sekaligus.
Sudah yang satu keren,.. yang satu imut-imut pula.
Haejin menghela napas panjang.
Ia memikirkan keadaan rumahnya yang sedang kacau,karena appa dan eomma sedang bertengkar,.. akhirnya dia memilih untuk tinggal bersama kakaknya yang sudah lebih dulu pergi dari rumah.
Haejin terlalu lelah untuk bisa berpikir lagi.
Akhirnya ia terlelap di sofa sampai keesokan paginya.

Haejin membetulkan posisi duduknya dan merenggangkan badannya yang pegal karena belum pernah tidur di sofa.
“duuh… apartemen belum dirapikan… masih berantakan sekali?sudah jam berapa sih sekarang??” Haejin melirik ke arah jam dinding.

“ohh…. Jam 07.35…” katanya santai

Haejin terhenyak.,, matanya langsung melotot.
“AAPPAA?!!?AKU BELUM KE SEKOLAH!!!!” haejin heboh sendiri.
Ia buru-buru bangkit dan berlari ke kamar mandi.

Ia sudah tidak sempat mandi lagi,.. ia hanya mengganti baju seragamnya,..mencuci muka lalu meraih tasnya dan buru-buru keluar dari apartemen tanpa menguncinya.

Saat dalam perjalanan ke sekolah,.. Haejin melewati sebuah baliho besar yang terpampang di dekat sebuah mesin penjual otomatis.
Haejin melihat poster seorang cowo yang sedang memgang minuman kaleng sambil tersenyum manis.
Haejin memperhatikan cowo itu dengan seksama,..

“lho?ini kan cowo yang kemarin membantuku menangkap maling itu… jadi.. dia artis rupanya.. pantas saja ganteng sekali.,”

Haejin terpaku depan poster itu,ia melihat tulisan besar yang tertera di bawah gambar cowo itu “Choi Minho”

“namanya saja bagus… “ Haejin senyum-senyum sendiri menatap poster Minho.

“HEI!!Kau sedang apa disitu?ayo cepat!kita bisa terlambat ke sekolah!!”

seorang cowo tiba-tiba menggandeng tangan haejin dan membawanya pergi,..
“hya..” Haejin tak sempat lagi berbicara.

Cowo ini larinya cepat sekali,.. pelan-pelan kenapa?
Capek nih..

Saat sampai di depan gerbang sekolah,. Cowo itu melepaskan genggaman tangannya dan menoleh ke Haejin yang sudah kelelahan berlari.

“donghae-ah… larimu cepat sekali… hah… hah…” Haejin mengatur nafasnya yang memburu.

“ahh… kau sih,..sudah tau nyaris terlambat!!malah bengong di pinggir jalan..”

“aku kan…” belum selesai haejin bicara,. Donghae sudah lenyap diculik murid-murid cewe di sekolahnya.

“ddooorr!!!” Chihoon dan Kyorin menepuk pundak Haejin tiba-tiba.

“ahh.. kalian,.” Kata Haejin singkat sambil menatap kepergian Donghae.

“kenapa melamun?” Tanya Kyorin

“ehhngg,.. aku.. aku…” entah Haejin gugup atau bingung menjawabnya.

“kau menyukai Donghae ya?” goda Chihoon.
“hah… tidak kok,..” Haejin berbohong dan menyembunyikan wajahnya dari kedua sahabatnya.

“ehh.. eh.. lihat ada anak baru datang!!!” seru Kyorin sambil menunjuk kerumunan anak di depan pintu gerbang.

“aish… sudahlah aku malas mengurusi anak baru,.nanti juga kita tahu dia siapa” Chihoon langsung menggandeng tangan kedua sahabatnya untuk masuk kelas.

Di kelas, seperti biasa..
Anak cewe akan berkumpul di sekitar tempat duduk donghae dan menanyakan berbagai macam hal padanya.
Mulai dari kegiatan donghae kemarin,minggu lalu,bahkan mungkin saat beberapa tahun yang lalu,.. atau “donghae,apa kau sudah punya pacar?”

“donghae,hari sabtu ini kau akan jalan-jalan kemana?”

“donghae,. Kau suka makanan apa?”

“donghae.. donghae.. donghae”

“Ahhhh…. Apa donghae tidak pusing ditanyai seperti itu tiap hari?” tanya haejin sambil melirik aneh ke arah donghae.

“kalau aku,.mungkin saja aku sudah keluar dari sekolah ini..” sambung Chihoon sambil memutar-mutar bola basketnya.

“tapi.. donghae kan orangnya sabar,baik,pintar lagi.. jadi dia pasti akan selalu berlaku sopan di depan cewe-cewe itu” bela Kyorin yang sedang asyik mendengarkan musik dari i-pod miliknya.

Saat mereka sedang asyik-asyik ngobrol,Eunhyuk si biang gossip di kelas datang dan membuat heboh.

“hei.. hei… katanya anak baru itu,akan masuk ke kelas ini..” kata Eunhyuk sambil meniru gaya ibu-ibu kalau sedang bergosip ria.

Langsung terdengar bunyi gaduh dari kalangan anak perempuan,.
Haejin menutup telinganya menahan keributan yang sudah sering terjadi ini.

“tampaknya dia anak orang kaya,. Tadi saja datang menggunakan mobil audi.. buseet.. keren banget pokoknya.Dilihat dari seragamnya,tampaknya dia mantan murid Goojung High School”

“GOOJUNG HIGH SCHOOL?!!?” teriak Haejin tiba-tiba yang membuat kedua temannya tersentak kaget.

“itu kan sekolah yang sudah lama ingin kumasuki….” Lanjutnya dengan mata yang berbinar-binar.

“lalu… kenapa anak itu malah memilih masuk ke sekolah ini ya?” Tanya Kyorin bingung.

“a..a..a.. tak tau lah..,mu..mu..mungkin.. ia sengaja karena ingin mencoba berbaur dengan anak-anak sekolah negeri kan?” Chihoon gelagapan menanggapi pembicaraan Haejin dan Kyorin.
Tampaknya ia sedang menyembunyikan sesuatu,tapi tak disadari oleh kedua temannya.

Kehebohan di kelas belum selesai sampai Lee seonsangnim datang bersama murid baru itu.
Haejin sedang menunduk untuk merapikan tali sepatunya yang berantakan saat anak itu datang.
Semua murid perempuan sudah heboh dan bersikap norak dengan merapikan rambut dan dandanan mereka,lalu mencoba bersikap cute,atau menatap kagum kea rah anak baru itu.
Hanya Haejin,Kyorin dan Chihoon yang tampak cuek.
Mungkin karena mereka belum melihat wajah cowo ini,.. tapi dari mereka bertiga hanya Chihoon yang tampak menghindari pandangan cowo baru ini.
Ia mengangkat bukunya tinggi-tinggi sampai menutupi wajah.

Haejin menoleh ke depan kelas dan mendapati cowo imut yang menopang tubuhnya kemarin.
“di.. di..dia?” Haejin menunjuk-nunjuk cowo itu.

“Annyeonghaseyo,.. Cho Kyuhyun-imnida. Aku murid pindahan dari Goojung High School,.. bangapseumnida” Kyu memperkenalkan diri lalu membungkuk.
“Kyuhyun-ah… kau boleh duduk disamping Chihoon” perintah seonsangnim

GUBRAKKK!!

Chihoon tiba-tiba jatuh dari tempat duduknya,..
“seonsangnim,.. a.. aku” Chihoon ingin menolak duduk bersama Kyuhyun padahal anak perempuan lain sudah mupeng sekali ingin duduk bersamanya.

“pak.. bolehkan saya duduk disamping Haejin?aku hanya mengenalnya,jadi mungkin dia bisa membantuku beradaptasi dengan lingkungan sekolah ini” kata Kyu memotong pembicaraan Chihoon.

“Yeah!!bagus Kyu.,kau mengerti situasi!!” dalam hatinya Chihoon sudah menari-nari kegirangan.Sementara haejin panic sendiri karena Kyu tiba-tiba meminta agar duduk di sebelahnya.

Kyuhyun berjalan ke tempat Haejin sambil mengedipkan sebelah matanya pada gadis itu.

“hya… siapa cowo ini?dia menolongku kemarin,dan katanya dia mengenalku?” batin Haejin yang merasa sedikit aneh dengan perlakuan Kyu.

Chihoon yang duduk 2 meja di belakang Haejin sedari tadi hanya memperhatikan gerak-gerik Kyuhyun,berbeda dengan gadis lain.. tatapan Chihoon bukan tatapan kagum dan berbinar-binar. Tapi,seperti tatapan elang yang mengintai mangsanya.

Saat istirahat..

“Haejin… temani aku keliling sekolah ya?ya?” Kyuhyun merengek sambil terus menarik-narik lengan Haejin

“hah?aku harus makan bersama Chihoon dan Kyorin…” tolak Haejin.
Lagian dia juga takut kalau sampai diterkam fans-fans Kyuhyun yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.

“ahh.. kami berdua makan sendiri saja.. tidak apa,kau temani saja Kyu..” usul Chihoon dan langsung mengapit tangan Kyorin ke kantin.

Haejin menatap kepergian temannya dengan hati miris,sementara Kyuhyun sudah loncat-loncat kegirangan dalam hati karena bisa berdua dengan Haejin.
Haejin mengajaknya berkeliling sekolah,mulai dari laboratorium fisika,biologi,.. perpustakaan,ruang musik,lapangan basket indoor,aula,gedung olahraga,sampai beberapa ruangan klub mereka kunjungi.

Sesampainya di depan kelas,masih saja pemandangan sehari-hari yang menjadi santapan bagi para murid yaitu Donghae yang sedang dikerumuni para penggemarnya di depan pintu kelas.

Ada yang menyodorkan kotak bekal,roti,minuman kaleng,.. ahhh.. cokelat,bahkan Es Krim yang sangat disukai Haejin.
“enak sekali donghae.. tidak perlu membawa uang pun kebutuhannya sudah terpenuhi..” cibir Haejin

Donghae sendiri tampak kewalahan mengurus semua pemberian baginya.

Kyuhyun yang melihat Haejin termenung menatap Donghae,langsung menarik tangan Haejin menuju ke kantin dengan dalih “aku lapaar.. temani aku makan” pinta kyu manja.

Haejin hanya mengangguk ringan.
Donghae yang menyadari kepergian Haejin mencoba memanggilnya kembali “hae.. haejin!!” teriak donghae sia-sia.

“donghae-ah… kenapa malah memanggilnya?kan ada kami disini..” ujar salah satu cewek yang cemburu dengan perlakuan donghae pada haejin.

“itu…” Donghae bingung ingin menjawab apa. Saat dia melihat Eunhyuk yang melintas di dekat situ,ia merasa seperti ada malaikat yang lewat.

“ahh… hyuk!!”Donghae mencoba keluar dari kerumunan orang.. eh salah,kerumunan cewek itu.

“ini untukmu…” Donghae menyerahkan semua makanan tadi kepada Eunhyuk.

“hah?tapi hae…” belum selesai Eunhyuk menjawab donghae sudah berlari ke kantin.

“yah… lumayan juga lah untuk cemilan…” kata Eunhyuk santai.

“heh… kenapa itu buatmu?kalau begitu,tidak jadi kuberikan…” kata salah seorang cewe sambil mengambil kembali cokelat yang tadi dia berikan kepada Hae.
Diikuti dengan aksi gadis-gadis lain yang juga mengambil kembali miliknya.

“huwaaa… kenapa waktu sampai di tanganku langsung diambil kembali sih????” Eunhyuk merengek sendirian di depan kelas.

Donghae celingak-celinguk seperti anak hilang dalam kantin.
Namun saat matanya menangkap seorang cowo dan cewe yang sedang asyik-asyiknya makan di pojok kantin., seluruh badannya langsung lemas.
Semangatnya tiba-tiba hilang.
Ia mendapati Kyuhyun yang sedang menyuapi Haejin dengan manjanya.
Lali mereka berdua bercanda bersama dan saat Kyuhyun tersedak karena kebanyakan tertawa,.. dapat dilihat betapa perhatiannya Haejin pada Kyu saat ia memberikan segelas air untuk diminum sambil mengelus pelan pundak Kyu.

Donghae yang tak kuat menyaksikan pemandangan menyayat hati itu,langsung beranjak pergi dari kantin.
Donghae masuk ke kelas dengan lesu dan muka ditekuk.

Donghae’s POV

Ukh.. anak itu,baru sehari saja dia masuk,sudah mencuri perhatian Haejin.
Padahal hari ini aku sudah bertekad untuk mendekati Haejin.
Hah… apa artinya semua cewek yang mengelilingiku jika aku tak bisa menjadi teman Haejin?
Aku heran,dari semua cewe yang ada di sekolah ini,hanya dia yang tak pernah peduli.. bukan maksudku,. Hanya dia yang tak pernah berusaha mendekatiku.
Padahal…

“anak-anak cepat masuk kelas…” Teriak Jung songsaenim mengaburkan lamunanku.

Aku memasang kembali kacamata yang tadi sempat kulepas,.
Kulirik kea rah pintu masuk dan benar saja,Kyuhyun dan Haejin masuk dengan mesranya.

“brakk” tanpa aku sadari aku memukul meja cukup keras.

“donghae-ah… apa ada sesuatu?” Tanya songsaengnim

“ahh… aniyo songsaengnim,. Tadi.. ada serangga disini makanya ehng.. aku memukulnya,maaf membuat keributan” kataku membungkuk kemudian melirik ke arah Kyuhyun.

Rasanya ingin kumakan bocah itu saat ini.
Tapi..
Ingat donghae,jaga image.
Image mu tidak boleh buruk di hadapan Haejin,.. sabar.. sabar.
Aku duduk dan mengambil buku untuk pelajaran selanjutnya.
Lupakan mereka Hae,belum tentu mereka pacaran.
Haish…
Kenapa aku hanya mengingat mereka berdua?!!?

“LEE DONGHAE!!” ujar songsaengnim dengan nada yang sedikit meninggi.

Aku tersentak dari tempat dudukku,.
“ah..ah,.. iya songsaenim?wae?”

“kau melamun sepanjang mata pelajaranku,.. cepat kerjakan soal latihan 12 pada halaman 97” perintah Jung songsaengnim cepat.

“baik..” aku bangkit dari tempat dudukku dan mengerjakan soal itu di papan tulis.

Yah.. matematika,.. mungkin aku bisa dibilang anak paling pintar di sekolah ini.
Tapi.. tidak untuk mata pelajaran yang satu ini.
Tidak buruk-buruk amat sih.

“sudah pak…” kataku sambil menyerahkan spidol kembali ke tangan guru.

“yah.. seperti biasa,hasil kerjamu selalu bagus.. lain kali jangan melamun lagi”

Aku tersenyum puas lalu mengangguk.
Tiba-tiba,ada suara ketukan meja.

“Pak,. Bagaimana kalau metodenya diganti?” kata orang yang mengetuk meja itu.

Aku menoleh cepat,.
Bocah itu,apa-apaan sih dia?

“yah.. memang yang dikerjakan Donghae-ssi sangat tepat dan akurat,tapi menurutku cara yang digunakannya terlalu panjang dan mungkin agak sedikit sulit dimengerti anak-anak yang lain..” jelas Kyuhyun panjang lebar.

“kalau begitu,bisa kau jelaskan cara yang lebih singkat dan mudah dipahami?” kataku setengah menantangnya.

TBC

hehehe, kembali lagi buat yang baca gomawo, apalagi yang udah mau komen... untuk Carin, gomawo ya sekali lagi hehehe, memang nikmat jadi Haejin, hahahaha

Sunday, May 30, 2010

Can It Belove




Yeorobun, annyeong... maaf hiatus...
hehehehe...
masih nungguin Yu-Won kah? mianhae, FF masih terus aku bikin, cuma ide-ide FF lain bermunculan begitu saja, jadi aku kerjain yang lain dulu...
yang jelas Yu-Won akan aku terusin... aku udah lanjutin sempe sepuluh halaman, tapi belum tau mau aku cut dimana, makanya belum aku publish2...
oh iya sebagai gantinya, aku publish ff dulu...
tentang Donghae... horeeee... i'm a fishy wife... hohoho...
jadi tokoh Haejin ini adalah nakor aku, hehehe... tetep dibaca ya...
Super-Generation akan segera terbit, tungguin aja...



Can It Be Love




Keluarga Lee adalah keluarga yang cukup berada, pasangan Lee Youngwoon dan Lee Dahae awalnya merintis perusahaan mereka dengan tertatith-tatih, namun pada akhirnya berhasil menjadikan perusahaan ponsel milik pasangan suami istri itu mendunia, dan sekarang sedang digilai oleh kaum remaja. Pasangan ini memiliki empat orang putri.
Lee Haejin, Lee Heejin, Lee Haerim, Lee Heenim. Keempatnya cantik, agak-agak mungil, dan yang pasti kompak. Haejin sudah bekerja diperusahaannya, Heejin kuliah tingkat akhir, Haerim tingkat awal, dan Heenim masih SMA kelas XII. Masalah muncul begitu kedua orang tua mereka memutuskan untuk menjodohkan mereka berempat dengan brand ambassador perusahaan mereka.
Pemilihan keempat namja itu sebagai jodoh anak-anak keluarga Lee bukan karena alasan. Keempatnya selain aktor, penyanyi, ataupun model, adalah anak dari pengusaha-pengusaha relasi keluarga Lee. Pertama, Park Jungsoo, yang akan dijodoh-kan dengan Haejin, yang keluarganya mempunyai hotel dan vila terkenal diseantero Korea Selatan. Kedua, Kim Jongwoon, akan dijodohkan dengan Heejin, keluarganya memiliki perkebunan anggur di Barcelona. Ketiga, Cho Kyuhyun, keluarganya mempunyai perusahaan entertainment yang cukup bergengsi dan berbasis Amerika Serikat, bukan cuma Korea, dia akan dijodohkan dengan Haerim. Dan terakhir, Lee Donghae, yang keluarganya mempunyai perushaan makanan terkenal, berikut restoran mewah.
Keempat pria itu saling mengenal! Ya iyalah, bagaimana mereka tidak saling mengenal jika mereka berempat satu profesi. Penyanyi, merangkap aktor dan model top di Korea Selatan. Jika Heejin dan Haerim bisa menerima perjodohan mereka dengan Jongwoon dan Kyuhyun, lain cerita dengan si sulung dan si bungsu. Mungkin Heenim bisa menerima Donghae, tapi tidak dengan Donghae. Juga, mungkin Jungsoo bisa menerima Haejin, tapi tidak dengan Haejin. Parahnya, Haejin justru mencintai tunangan adiknya, dan tunangan adiknya itu pun mencintainya.
Haejin tau betul, adiknya sangat menyukai Donghae. Bahkan ketika Donghae baru awal-awal debut, dan langsung jadi model ponsel di keluarga mereka, Heenim sudah sangat menyukai Donghae, tapi meski Haejin tidak berkata apa-apa, dia juga menyukai Donghae sebetulnya. Namun, karena menghormati perasaan adiknya, dia hanya diam saja. Lambat laun, perasaan diantara keduanya semakin menguat dan menguat.

Desember 2006
Haejin menghela napasnya dalam-dalam, memeriksa penampilannya. Kemudian setelah merasa oke, dia keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju ruang kerja ibunya. Ibunya sedang duduk di belakang mejanya, dan memeriksa laptopnya dengan teliti.
”Eomma, bagaimana aku?”
Eomma mendongak, dan tersenyum skeptis. ”Kau sudah cantik, Haejin-ah! Ih, dasar anak perempuan, dandan melulu!”
”Ini kan hari pertama aku bekerja, Eomma. Lalu aku akan ketemu dengan apa namanya itu Eomma?”
”Brand Ambassador!”
”Iya, brand ambassador! Bikin kontrak kerja, terus bikin jadwal syuting CF… terus…”
”Haejin-ah! Udah jangan gugup gitu dong, Eomma jadi ikut gugup nanti…” tegur Eommanya. ”Kau sudah perfek, Sayang. Jadi, nggak usah takut, ya… kau kan masih baru, lagipula ada Eomma, kok.”
Haejin mengangguk. ”Gomawo, Eomma. Oh iya, Eomma, katamu brand ambassador-nya kali ini cowok, ya? Siapa?”
”Hihihi…” Eommanya mengikik. ”Cowok ganteng deh pokoknya, kamu nggak akan nyesel dia jadi brand ambassador kita!”
”Ya ampun, Eomma… Eomma kan udah punya Appa!”
”Ara ara… boleh dong Eomma lirik-lirik yang muda,” Eomma tertawa lagi. ”Aaah, pokoknya, mereka tampan!”
Kalau di kartun-kartun, sudah ada biji keringat di dahi Haejin. ”Eomma…” Haejin geleng-geleng. Kemudian pintu ruangan ibunya diketuk, dan setelah dipersilakan masuklah sekertaris Eommanya.
”Sasangnim, mereka sudah tiba.” Sekertaris itu mengangguk.
”Baik, suruh mereka langsung ke ruang rapat, aku akan langsung kesana…” Eomma-nya langsung bersiap-siap. Haejin juga langsung mengambil tasnya.
Eommanya kemudian mengecek dandanannya juga, dan menghampiri Haejin. ”Nak, lain kali pakai sepatu tinggi dong! Biar keliatan tinggi… selebihnya kamu sudah cantik, sayang…”
”Ne, ne, arraseo…”
”Kajja…” Eommanya dengan centil menarik tangan Haejin.

Di dalam ruang rapat
Duduk sekumpulan pria tampan, dan seorang wanita yang baru saja masuk. ”Sasangnim akan segera sampai.”
Kemudian pintu di ketuk, dan masuklah tiga orang. Satu wanita adalah sekertaris, dan di belakangnya adalah CEO perusahaan ponsel ini, dan dibelakangnya lagi. Seorang gadis dengan rambut bergelombang dan wajah oriental yang unik, terlihat masih sangat muda, menggandeng tangan sang CEO.
”Annyeonghasimnika. Silakan duduk, silakan, silakan…” Eomma mempersilakan pria-pria tampan itu duduk. Sementara Haejin duduk disisinya. ”Perkenalkan, ini anak saya, yang juga akan menangani proyek kita ini.”
”Lee Haejin-imnida.”
Semua membungkuk dalam ruangan itu.
”Jadi kalau begitu, masalah kontrak sudah selesai dibicarakan,” Eomma menutup jurnalnya dan memandang rombongan boyband pendatang baru itu. ”Untuk masalah pembuatan CF, berhubung sekarang aku sudah punya asisten,” Eomma menunjuk Haejin. ”Haejin, yang akan membantu mengerjakan CF ini… jadi, Manajer-ssi bisa mengontak Haejin dan segala sesuatunya akan diatur oleh Haejin. Kalau begitu, rapat saya akhiri, terima kasih semuanya…”
Setelah rapat selesai, Haejin dan Manajer Super Junior terlibat pembicaraan mengenai rapat untuk pembuatan CF, menunggu jadwal kosong bagi Super Junior, dan setelah itu Haejin menyalami seluruh anggota Super Junior, dan pamit langsung kembali ke ruang kerja Eommanya.
”Bagimana??? Tampan bukaaaaaaaaan?”
Haejin geleng-geleng.

Rapat Pembuatan CF, Haejin’s POV, still Flashback, 2006.

Hari ini rapat pertamaku. Setelah aku memutuskan bergabung di perusahaan Eomma dan Appa, sambil meneruskan kuliahku. Hihihi, biar deh, walaupun umurku baru dua puluh tahun. Tapi aku harus yakin dengan kemampuanku, dan untuk bekalku nanti. Oiya, kalian pasti heran kenapa Eomma dan Appa mempercayaiku untuk menangani CF perusahaan.
Aku pernah menjadi asisten sutradara di salah satu drama KBS, dan drama tersebut menjadi hit. Karena aku memang menyukai dunia ini, jadi sejak kecil aku terbiasa mengikuti syuting-syuting di perusahaan, dan di sekolah aku selalu menjadi sutradara dalam setiap drama musikal yang dibuat, maka kedua orang tuaku mempercayakan jabatan ini padaku, meski masih diawasi langsung oleh Eomma.
”Kalau begitu, Haejin-ssi, rapat berikutnya adalah besok pada jam makan malam, waktu dan tempat Haejin-ssi yang menentukan.” Kata Manajer Super Junior.
Haejin mengangguk. ”Ne, kamsahamnida atas waktunya.”
”Ne, sama-sama, Haejin-ssi. Kalau begitu, kami dari Super Junior bisa pamit sekarang kan? Karena masih ada yang jadwal yang harus kami hadiri.” Lanjut Manajer tersebut.
”Oh, keuroum…” Haejin membungkuk, dan dua belas member (belum ada Kyu waktu itu) membungkuk dan tersenyum kepadanya, melewatinya dan pergi dari kantor. Orang yang paling belakang, tersenyum menatap Haejin saat melewatinya. Sesaat dada Haejin berdetak.
Wow! Harus Haejin aku, pria tadi sangat tampan, dan senyum serta matanya memikat.

Esoknya
”Eomma, kalau Eomma biasanya rapat dengan model dimana?” tanya Haejin pagi-pagi ketika sudah tiba di kantor.
Eomma menggumam. ”Tergantung situasi dan mood Eomma.”
”Dih, bisa begitu?” Haejin geleng-geleng. ”Ayo dong, Eomma… ini kan rapat pertamaku, kalau gagal Eomma yang malu, lho!”
Lee Dahae tertawa melihat ucapan polos putri sulungnya itu. ”Ne, ne… kau rapat jam berapa memang?”
”Super Junior cuma bisa pada saat makan malam.”
”Kalau begitu carilah restoran, booking dari sekarang, dan kabarkan kepada Manajer Super Junior!” begitu saran Eomma.
Haejin mengangguk. ”Lalu di restoran mana sebaiknya?”
”Yang privasinya baik, karena malam ini kalian akan membicarakan konsep iklan, dan itu rapatnya akan agak lama! Kau handle sendiri, ya… Heenim besok mau ulangan umum, Eomma harus menemaninya belajar, oke?”
”Oke!”
Haejin kemudian memesan salah satu restoran Jepang langganan Appa-nya, karena Appanya cukup gembul, dan suka makan. Kemudian Haejin langsung mengontak Manajer Super Junior untuk memberitahu kalau mereka akan rapat di restoran.

Malamnya
Haejin sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin. Bajunya pun sudah berganti dengan baju semi-resmi yang stylish, karena rapat kali ini juga akan gak terlalu resmi, karena akan membahas konsep CF ponsel untuk Super Junior yang baru. Haejin dengan dua orang asisten, dari kantor sudah sampai ke restoran itu.
Lima menit mereka menunggu, Super Junior beserta manajer pun datang dan segera memenuhi ruangan yang memang sudah di reservasi khusus untuk mereka.
”Annyeonghaseyo, Haejin-ssi…”
Haejin berdiri dan membungkuk, lalu menyalami para member satu persatu, kemudian setelah semua memesan makanan. Rapat dimulai sambil menunggu pesanan makanan. Ada beberapa konsep yang ditawarkan perusahaan kepada Super Junior, kemudian dari Super Junior memilih konsep mana yang kira-kira pas dengan image mereka dan image ponsel tersebut.
Super Junior ternyata sangat excited dengan iklan ponsel perdana mereka. Maka, mereka mengeluarkan pendapat-pendapat mereka, bahkan ketika makanan sudah tersaji, mereka masih asyik membicarakan bagaimana syuting CF ponsel mereka akan dilakukan.
Haejin pamit sebentar ke kamar mandi, ketika dia keluar dari kamar mandi, dan mencuci tangannya di wastafel, dia melihat salah seorang anggota Super Junior juga sedang mencuci tangannya.
”Ah, Haejin-ssi…”
”Hei… aku tidak melihatmu kesini,” kata Haejin sambil menyalakan kran wastafel di sebelah cowok bermata memikat itu. Haejin menahan senyum terus.
”Iya, aku mencuci tangan setelah Haejin-ssi ke kamar mandi…” jawabnya dengan senyum manisnya. Aaah, matanya ikut tersenyum, Haejin memalingkan wajahnya dan buru-buru mencuci muka.
Jantung Haejin berdetak cepat, begitu melirik dari kaca, wajah cowok tampan itu sedang mencuci tangannya, dengan sesekali menggerakan kepalanya, membuat wajah tampannya terlihat. Aduuuh, mikir apa aku? Haejin mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri, sampai cowok itu menoleh.
”Haejin-ssi, gwenchana? Pusing, ya?” tanyanya cemas.
”Aniyo…” Haejin menggelengkan kepalanya. Iya pusing, pusing karena kehadiranmu, batin Haejin. ”Suka senut-senut dikit aja, tapi nanti juga mendingan, kok…”
”Jeongmal?”
”Ne.” Haejin membungkuk.
”Haejin-ssi, kau pasti sangat sibuk ya…” katanya masih terlihat khawatir dengan keadaan Haejin.
Haejin menggeleng. ”Tidak kok, ini pekerjaan pertamaku membuat iklan. Sebelumnya aku pernah menjadi asisten sutradara di drama KBS.”
”Aaaah, kalau begitu Haejin-ssi pasti lulusan ilmu periklanan atau penyutradaraan?” tanyanya. Dia terlihat penasaran.
”Aniyo, aku memang mengambil Periklanan, tapi aku belum lulus, aku baru tingkat dua, kok. Tapi aku memerlukan banyak pengalaman untuk terus mengasah kemampu-anku, maka aku minta pada Eomma untuk diperbolehkan bekerja di perusahaan, karena di drama KBS itu hasil kerjaku sendiri, Eomma dan Appa percaya padaku, dan meski belum lulus aku boleh bekerja.”
Cowok tampan di hadapan Haejin tampak terkesima, dia mengangguk-angguk dengan sangat kagum. ”Kalau kau tidak keberatan, Haejin-ssi, boleh aku tahu berapa usiamu?”
”Hihihi, tak apa… usiaku, dua puluh.”
”Jeongmal? Dua puluh?”
”Umur Internasional, kalau umur Korea ya dua puluh satu. Aku kelahiran tahun 1986, hehehehe… aku lebih suka memakai umur Internasionalku.” Jawab Haejin jujur sekali.
”Kalau begitu kita seumuran.” Kata cowok itu tersenyum.
”Oh, jeongmal?!” Haejin nampak terperangah. ”Wah, kalau begitu aku punya teman di Super Junior.”
Dia tersenyum, dan hati Haejin berdetak-detak lagi. Ya Tuhan, tampan sekali manusia di hadapanku ini. Sudah tampan, matanya indah, dan bicaranya lembut serta sopan. Kenapa selama dua puluh tahun aku hidup, aku baru menemukan pria yang seperti ini satu kali?
”Haejin-ssi, kenapa melamun?”
”Ah, aniyo…” Haejin buru-buru memalingkan wajahnya. Kenapa aku tidak bisa berhenti tidak bertingkah bodoh dihadapannya?
”Ayo, Haejin-ssi, kita kembali.” Haejin mengangguk dan kembali ke ruang makan mereka, dan melanjutkan makan malam mereka. Seusai makan malam, Haejin langsung pulang ke rumah.
Di rumahnya, kedua adiknya, Heejin dan Haerim sedang duduk di hadapan televisi menonton sebuah acara, dimana Super Junior bintang tamunya. Begitu melihat Haejin masuk, keduanya langsung berteriak heboh.
”Onnie! Onnie beneran dinner sama Super Junior?!” tanya Heejin.
”Onnie, jebal, jebal… ceritakan! Ada siapa saja disana? Onnie…” Haerim ikut-ikutan menarik Haejin.
Haejin mengangguk. ”Iya, iya… beneran.” Kemudian dilihat kedua wajah adiknya berbinar-binar. ”Kenapa memangnya? Kalian suka ya sama Super Junior?” tanya Haejin sambil tersenyum.
”Iya, Onnie… sukaaaaaaaaa banget!”
”Onnie, aku mau ketemu sama merekaaaa… Onnie curang! Onnie curang!”
”Yah, Onnie kan cuma bekerja… kebetulan, Eomma sama Appa, mau mereka yang jadi bintang iklan ponsel terbaru perusahaan kita.” Jelas Haejin mengelus kepala adik-adiknya.
Heejin menatap Haejin. ”Onnie, Onnie memangnya tidak suka pada Super Junior? Coba lihat mereka, lucu-lucu, tampan-tampan… kan? Onnie kan masih remaja juga, masa Onnie nggak suka sih sama mereka?”
”He he he, nggak tuh biasa saja…”
”Ah, Onnie payah! Umur Onnie kan seumuran sama Eunhyuk, Siwon, Donghae. Trus Onnie lebih tua dari Ryeowook dan Kibum.”
”Justru itu makanya aku tidak suka pada mereka!” kilah Haejin, kemudian dia teringat satu hal. ”Eh, tunggu dulu! Tadi katamu, siapa saja yang seumuran denganku tadi?”
”Oh, Eunhyuk, Siwon, dan Donghae!”
”Ah…” Haejin mengangguk-angguk. Bodohnya, dia naksir anak Super Junior yang seumuran dengannya, dan lupa bertanya siapa namanya. Maklum dong, Super Junior kan dua belas orang, mana mungkin dia hapal satu persatu hanya dalam dua kali pertemuan.
Haejin cuma kenal Leeteuk dan Kangin, karena mereka berdua yang paling bawel dan yang paling heboh. Dan satu lagi, cowok yang membuat hatinya berdebar-debar ketka dia menatapnya. Cowok yang wajahnya tampan, bermata indah, dan tutur katanya lembut. Orangnya adalah diantara Eunhyuk, Donghae, dan Siwon. Tapi yang mana yang dia sukai.
Kemudian keluar adiknya yang paling kecil. ”Woah! Capek aku belajar… aish! Super Junior! Onnie!” teriaknya. ”Kenapa aku tidak diberitahu kalau ada Super Junior di televisi?”
”Karena kau tadi lagi belajar…” jawab Eomma sambil ikut keluar dari kamar Heenim. ”Halo, Haejin-ah… bagaimana rapatnya?”
”Lancar, Eomma…”
”Onnie rapat dengan Super Junior?” tanya Heenim, lalu menoleh pada Eomma. ”Eomma! Kami kan anak Eomma, dan bintang iklan perusahaan kita Super Junior. Pertemukanlah kami dengan Super Junior, Eomma! Aku mau bertemu Donghae Oppa, Donghae Oppa, Donghae Oppa…”
Heejin terkikik. ”Aku mau bertemu dengan Sungmin Oppa!”
”Aku dengan Kibum Oppa!”
Haejin bingung sendiri. ”Kalian kok bisa hapal sih nama-nama mereka? Aku cuma tau Leeteuk dan Kangin, lho!”
”Ah, Onnie payah! Kenapa harus Onnie yang nggak tau apa-apa sama Super Junior ini yang malah bertemu dengan Super Junior duluan?!” keluh Heenim. ”Eomma, pokoknya aku mau bertemu Super Junior!”
”Iya, iya… nanti kalau peluncuran produk kalian pasti Eomma ajak!”
”HOREEEE…”
”DONGHAE OPPA!” jerit Heenim langsung ketika melihat ke televisi. Haejin ikut menoleh.
”Heenim-ah, itu yang namanya Donghae?”
”Ne, Onnie…”
Ah, jadi pria yang telah berhasil mencuri hatiku dan membuat aku menjadi orang seperti kehilangan pikiran itu, Donghae? Haejin tersenyum sendiri, kemudian pergi naik ke kamarnya.

Lokasi Syuting CF
Haejin dengan pakaian kasualnya bersama beberapa kru dari perusahaan dan tim produksi sudah tiba di lokasi. Sementara Super Junior baru sejam lalu selesai manggung di salah satu stasiun televisi, maka kemungkinan Super Junior akan tiba dilokasi sedikit terlambat.
Akhirnya setengah jam kemudian Super Junior tiba menggunakan minibus. Dua belas orang itu langsung di make up, dan diberi pengarahan oleh sutradara, sementara Haejin hanya mengawasi. Setelah diberi pengarahan, sambil menunggu waktu syuting, mereka mulai mengoperasikan ponsel yang diberikan kepada mereka, agar mereka dapat mengerti ketika mulai take.
Haejin berbincang sebentar dengan sutradara mengenai adegan di CF tersebut, setelah selesai berbincang, ponsel Haejin bergetar.

From : nae heejin <3
Onnie, mintain tanda tangan mereka dong! Kalo bisa foto mereka juga ya, Onnie… jebal, jebal! Nanti sampe rumah aku pijitin. Kalo onnie mau minta nomor hape mereka, aku juga dengan senang hati menerima lho. <3 onnie… hehehehe

Haejin tertawa membaca sms dari adiknya, dia yakin kalau ini juga suara hati Haerim dan Heenim. Ketika dia sedang asyik tertawa-tawa, seseorang menepuk pundaknya dari belakang.
”Haejin-ssi…”
”Annyeonghaseyo…” Haejin langsung merasa dadanya berdebar, lagi. Dia mem-bungkuk dan menyapa Donghae.
”Annyeonghaseyo… ah, aku kecewa.” Katanya dengan eskpresi lucu.
”Waeyo?”
”Kau bilang kemarin kau mau berteman denganku, tapi hingga sekarang ini kau masih berbicara formal padaku.”
Haejin tersenyum. ”Jadi aku harus berbicara bahasa informal denganmu?” hati Haejin sudah senang sekali.
”Aku berharap aku bisa berteman denganmu. He he he… tidak banyak wanita seumuran denganku bisa bekerja sepertimu. Aku ingin sekali berbagi pengalaman, Haejin-ssi.”
”Kalau begitu berhentilah memakai embel-embel –ssi,” jawab Haejin. Dia mencoba untuk percaya diri. Padahal dalam hatinya dia sudah ingin meloncat-loncat kegirangan bukan main.
”Haejin-ah?”
”Gomawoyo, kau jadi temanku hari ini. Oh ya, adikku yang paling kecil adalah penggemar beratmu, Donghae-ah…”
”Jeongmal?” tanyanya antusias. ”Sampaikan terima kasihku padanya. Aku senang, memang adikmu ada berapa?”
”Adikku ada tiga, perempuan semua. Mereka bertiga penggemar Super Junior. Mereka iri padaku, aku bisa makan malam bareng kalian, tadi barusan adikku yang pertama sms, mewakili dua adiknya yang lain. Minta foto kalian dan tanda tangan kalian, he he he…”
Donghae tersenyum, ”Member pasti akan memberikannya. Dan untuk adikmu yang paling kecil, akan kuberikan khusus.”
Haejin tertawa. ”Gomawo sudah mau mengambulkan permintaan adik-adikku.” Lalu Donghae tersenyum sangat manis. Nyaris Haejin kehilangan kesadaran karena menahan napas, namun Haejin berpaling dan pura-pura berdiskusi lagi dengan sutradara.

Haejin’s POV
Aku bener-bener nggak pernah seperti ini. Tiap dia senyum, wajahku memanas! Aku harus buru-buru berpaling kalau tidak wajahku akan memerah di hadapannya. Dia sangat ramah, kalau berbicara juga sangat lembut. Syuting bagian pertama adalah dengan musik. Lagunya Miracle, lagu Super Junior. Kulihat Donghae pandai menari, tapi tetap aku berusaha mengendalikan diriku, dengan menyibukkan diriku, menghindari kontak mata dengannya.
Setelah pengambilan gambar sambil menari. Barulah kali ini pengambilan gambar dengan konsep seperti foto di majalah. Satu persatu member Super Junior difoto dengan memegang ponsel Anycall Miracle. Kali ini aku sendiri turun tangan untuk menentukan gaya mereka, bahkan kadang-kadang dengan SLR aku sendiri yang mengambil gambar mereka.
”Haejin-ssi, daebak!” komentar fotografer profesional yang melihat hasil jepretanku. ”Kau memang berbakat dalam bidang ini!”
Anak-anak Super Junior pun memuji hasil fotoku, dan ternyata mereka kaget begitu Donghae bilang usiaku baru dua puluh satu tahun, umur Korea. Mereka mengira aku sudah dewasa, ya setidaknya seumuran dengan Leeteuk lah. Tapi mereka bilang wajahku memang muda, namun karena pekerjaanku mereka mengira aku sudah dewasa. Syukurlah, kukira wajahku boros. He he he…
Sejak saat itu, mereka yang lebih tua daripada aku. Seperti Leeteuk, Heechul, Hankyung, Yesung, Kangin, dan Shindong minta dipanggil Oppa. Sedang yang seumuran denganku memanggilku tanpa embel-embel –ssi lagi, dan yang lebih muda daripada aku, seperti Ryeowook dan Kibum memanggilku Noona. Mereka berduabelas memberiku kertas dengan tanda tangan mereka, dan mereka berdua belas foto di ponselku untuk kuberikan kepada adik-adikku. Mereka juga meminta nomor ponselku dan mereka memberiku nomor ponsel mereka.
Aku jadi sering berkirim sms dengan mereka berdua belas. Bahkan inbox ponselku terisi dengan nama mereka semua. Tapi, jujur saja hanya ada tiga orang yang paling sering menghubungiku, meski semua juga rajin menghubungiku. Tiga orang yang paling dekat denganku adalah Leeteuk Oppa, Kibum, dan tentu saja Donghae. Aku senang dengan Leeteuk karena dia benar-benar seperti Oppa bagiku, sangat perhatian, bukan cuma denganku juga dengan adik-adikku.
Kibum sangat dewasa meski dia lebih muda setahun dariku. Dia sangat kalem, dan pendiam! Tapi kalau kami sudah berbincang di sms atau di chat YM, dia bisa menjadi pribadi hangat yang lucu, serta menghibur. Bahkan kalau aku sedang sangat sibuk dan merasa sangat terbebani dengan segala macam pekerjaan. Pokoknya, Kibum mengakui kalau bersama Haejin, dia bisa merasa lebih bebas. Karena Haejin memperlakukannya seperti seorang teman, bukan seperti artis.
Donghae, dia masih membuat hatiku bergetar setiap membaca semua sms yang masuk ke ponselnya. Aku selalu senang membaca pesan-pesan lucu yang sering dia kirimkan, yang dia akui mencontek dari Eunhyuk. Donghae itu juga puitis sekali, membuatku makin menyukainya tahap stadium lanjut.
Aku tidak pernah membicarakan perasaanku ini kepada siapa pun, aku menyimpan-nya dengan rapi di dalam hatiku, agar aku tidak terlalu berharap akan semua mimpi indah itu.

TBC
hahahaha, emang gak bakat nih nulis FF one shot, pasti ujung-ujungnya bakalan panjang, maaf ya everyone... aku memang napsu pengen jadi novelis sih... pokoknya tungguin aja lanjutannya ya... saranghae, buat yang mau baca gomawo, apalagi yg mau komen

Thursday, April 15, 2010

It's Time For Fan Fiction

It’s You

Kalo agak-agak gak jelas mohon maaf lahir batin aja lah.

Shin Chae Young
Aku belum pernah melihat cowok sedingin itu, dan sesempurna itu. Wajahnya melambangkan kesempurnaan Pangeran-pangeran negeri dongeng. Matanya dingin sempurna, dan bibirnya tipis. Tapi, senyum mautnya, membuat semua orang meleleh, lebih dari kecepatan cahaya. Lebayyyy…
Penggemarnya memang banyak, namanya Lee Donghae. Kelas 3 SMA, masih menjabat sebagai ketua OSIS, Kapten Basket, dan Presiden Klub Debat pada saat yang sama. Kelebihannya juga bisa bernyanyi, dan menari. Yang membuat semua cewek di sekolah masuk fansclub-nya. Tapi ya itu, dia dingin. Senyumnya cuma terlihat sesekali, dan uniknya lagi, dia single! Yang mau banyak, tapi dia nggak banyak mau. Dia nggak dekat sama cewek, cuma dekat sama beberapa temen cowoknya, yang nggak kalah populer, seperti si Kibum, Kyuhyun, Siwon, dan Yesung, yang sama-sama diam dan single seperti dirinya.

Pagi Hari
Aku berjalan gontai ke kelas, begitu kubuka pintu kelas, desisan marah sudah kudengar dari segala penjuru kelas. Aku sudah terbiasa, dua tahun setengah aku sudah mengalaminya. Gadis-gadis itu iri padaku, karena wajahku manis, meski aku tidak pernah berdandan. Mataku pun buah almond, tidak sipit seperti orang Korea kebanyakan. Dan aku pintar, pintaaaaaaar sekali, sehingga banyak yang iri. Tapi, aku tidak tahu kenapa mereka siriknya lebai banget. Aku sabaaaaar saja menerima perlakuan mereka. Tapi, pagi ini keterlaluan! Namaku ditulis di papan tulis, dibilang oplas lah, suka merayu guru lah, bahkan ada tulisan yang bilang aku suka main om-om hingga membiayai operasi plastik wajahku!
Aku melihat tulisan di depan gemetaran. Dan Ginger, ketua Geng Gendeng di kelasku menghampiriku, bareng dengan Sunny dan Miranda. ”Eh, anak scolarship! Jangan kira kita nggak tau apa-apa, ya… elo oplas, kan? Makanya lo bisa buat mata lo cakep kayak gitu! Trus, lo suka main Om-om, kan? Makanya lo bisa operasi padahal nyokap lo sakit-sakitan, dan bokap lo udah gak ada?!”
Aku menggeleng. ”Nggak! Nggak, kok!”
”Bohong!” teriak Sunny di kupingku, sementara Miranda menjambak rambutku. ”Kemaren lo pulang sama siapa kalo gitu?”
Aku langsung merinding. Kemarin Donghae mengantarku pulang, tapi tumben dengan mobil. Meski di dalam mobil kami seperti orang bisu karena diam-diaman. Aku tak mungkin mengatakannya.
”Itu aku.” Suara dibelakangku mengagetkanku.
Semua isi kelasku menoleh. Donghae, dengan kemeja dikeluarkan, kancing atasnya terbuka, dan dua tangan masuk ke dalam saku celana. Mata dinginnya menatap tajam Miranda.
”Donghae?”
”Kalian nanya dia diantar siapa kan?” ulang Donghae dingin. ”Aku, Lee Donghae.”
Ratusan hati langsung patah berserakan, nunggu disapu-sapuin sama cleaning service sekolah.
”Trus… kalian kenapa sewot? Mau tau aja urusan orang?! Ngiri, karena dia manis?” tanya Donghae lagi, yang membuat banyak gadis pingsan di tempat. ”Yang oplas itu kalian! Kenapa bawa-bawa dia, sih?!”

Siang Hari, Author Side
Semua diam. Donghae pergi, dan nasib Chaeyoung mendadak jauh lebih mengenaskan daripada sebelumnya. Hingga jam pulang sekolah, di atap sekolah, Chaeyoung cuma bisa diam, menangis, karena kemejanya sudah robek-robek, dan disana-sini banyak noda darah. Wajahnya lebam-lebam, setelah bel pulang sekolah, barulah Chaeyoung berani turun, membuka lokernya, dan menangis kembali. Pakaian olahraganya yang biasanya ada disana, raib! Jelas kerjaan Geng Gendeng itu. Gimana dia bisa pulang?
”Han Chaeyoung?”
Chaeyoung menoleh, kaget, langsung merapatkan tangannya di sekujur tubuhnya. ”Kyuhyun-ssi.”
”Astaga! Ada apa denganmu? Kenapa kau?” Kyu ngeri memandangi sekujur tubuh Chaeyoung.
Chaeyoung cuma bisa geleng-geleng, dan menutupi bagian kemejanya yang compamg-camping. Kyuhyun langsung mengambil ponselnya. ”Donghae-ya? Kau dimana? Ada situasi gawat, putar balik!” setelah dia menutup ponselnya, dia membuka kemejanya, dan melingkarinya di bahu Chaeyoung. ”Pake aja…”
Untungnya Kyuhyun memakai kaus oblong di dalam kemejanya. Chaeyoung cuma menatapnya heran. ”Kyuhyun-ssi, kenapa kau menghubungi Donghae-ssi?”
”Kenapa?” tanya Kyuhyun heran. ”Yah, Chaeyoung-ah, kau pikir kau begini gara-gara siapa?”
”Maksudmu?”
”Ya gara-gara Donghae, lah…” jawabnya. ”Dia membelamu tanpa mengerti cewek sama sekali. Rata-rata cewek itu malah akan semakin kejam kalau dipermalukan seperti tadi! Sementara mereka gak akan pernah nyalahin Donghae, pasti nyalahinnya elo!”
Chaeyoung mengangguk-angguk. Tak lama terdengar suara langkah kaki, dan pintu digeser. Lee Donghae berdiri disana. ”Han Chaeyoung?”
”Yah, Donghae-yah… lihat itu!” Kyuhyun menunjuk Chaeyoung.
Donghae memerhatikannya lekat-lekat, maju dan memeriksa bagian wajah, tangan, kaki dengan cermat. ”Gwenchana?”
”Eh!” Kyuhyun dengan enaknya menjitak kepala Donghae. ”Udah kayak dicincang begitu masih nanya gwenchana?”
”Cewek-cewek itu emang gak bisa dibiarin!” Donghae mendengus. ”Chaeyoung-ah, ayo pulang, kuantar!” Donghae tiba-tiba saja menggendong Chaeyoung. Chaeyoung panik dan geleng-geleng.
”Gak usah, beneran gak apa-apa!”
Donghae cuek bebek, dan membawanya pergi. Kyu dibelakangnya tersenyum senang. Di mobil pun Donghae mendudukan Chaeyoung dengan hati-hati, dan memasangkan sabuk pengamannya.
Setelah perjalanan yang hening. Untuk pertama kalinya dalam hidup, Donghae membuka mulut. ”Mianhae.”
Chaeyoung mengerjapkan matanya.
”Jeongmal mianhae.”
”Gwenchana.”
”Aniyo.” Donghae menatap lurus ke depan. ”Itu semua salahku, Chaeyoung-ah. Kau tau kenapa kau sering dijadikan bulan-bulanan? Itu dulu, karena ketika awal kita masih kelas satu, aku mengantarmu. Mereka tidak suka, karena aku tidak mau kau terluka karena aku dekat denganmu, aku menjauhimu dan menjauhi semua gadis. Aku masih mencoba untuk tetap dekat denganmu, dengan menunggumu pulang, sehingga aku bisa mengantarmu. Tapi, mereka tetap tahu dan menghajarmu. Tapi, kali ini sudah kelewatan! Kau,” dia menoleh memandang Chaeyoung. ”Kau mau pulang dengan keadaan begini?”
Chaeyoung menunduk memandang sekujur tubuhnya memar-memar, kemudian mengingat kondisi ibunya. ”Andwe!”
”Hhh…” Donghae menghela napas. ”Kalau begitu ke rumahku, ya?”
”Mwo?”
Tanpa ba bi bu, Donghae terus membawa mobilnya menuju rumah. Chaeyoung yang penakut itu tidak berani bertanya apa-apa. Tak lama keduanya sampai di rumah Donghae. Donghae pun menggendongnya kembali, dan membawanya ke dalam rumahnya. Rumahnya cukup besar, tapi sepi, kosong tak ada orang. Donghae membawanya ke kamarnya.
”Kok kesini?” akhirnya Chaeyoung mencicit.
”Kau mau dibawah? Kan tak ada gorden…” jawab Donghae. Lalu dia berdiri dan mengambil kotak P3K di dinding dan membawanya ke kasur. ”Buka kemejanya Kyu!”
Chaeyoung menggeleng. ”Aku bisa sendiri, Donghae-ssi.”
”Buka!”
Dibawah tatapan Donghae yang tajam. Akhirnya perlahan-lahan, Chaeyoung membuka kemeja Kyuhyun, yang melapisi kemejanya sendiri yang compang-camping. Donghae tetap pada ekspresinya, dingin! Tak ada reaksi apa-apa ketika dia mulai mengoleskan obat ke sekujur tubuh Chaeyoung yang terluka.

Chaeyoung
Sejak saat itu, aku merasa luka hatiku pun telah dijahit olehnya. Dan dia sekarang benar-benar jadi dekat denganku. Semua gadis jadi tak ada yang berani menjahiliku, karena backing-anku adalah Donghae cs.
Pulang-pergi selalu, Donghae menjemputku. Lambat laun, aku pun tahu tentang dirinya. Bagaimana tentang keluarganya yang hancur berantakan, sehingga dia hanya tinggal sendiri, dan diberi nafkah saja oleh ayahnya yang sekarang dengan ibu tirinya. Bagaimana ibu kandungnya sudah meninggal, karena menyimpan sakit pada ayahnya. Aku tahu semua, lama kelamaan aku jadi menyayanginya.
Aku juga dekat dengan sahabat-sahabatnya, Kibum yang senyumnya bikin merinding, Kyuhyun yang ternyata cablak, Siwon yang aliiiiim, dan Yesung yang cool tapi care. Aku merasa nyaman dengan mereka, selain dengan Donghae aku paling dekat dengan si alim Siwon, mungkin karena sama-sama alim kali ya. Tapi, aku menyukai Donghae, caranya menjagaku, marah kalau aku terlalu pasrah dan menerima keadaan, juga kalau aku pulang hujan-hujanan tanpa meminta dirinya menjemputku. Semua orang di sekolah menyangka kami pacaran, memang itu yang diinginkan Donghae, agar orang memandangku sebagai pacarnya, dan tidak menyakitiku.
Tapi, dilain sisi aku juga sakit. Sakit karena lama kelamaan mencintainya, dan yang dia lakukan padaku adalah sebatas kasihan. Aku harus melakukan sesuatu, daripada nanti aku dicampakkan, lebih baik aku yang mundur duluan.

Author
Chaeyoung sudah rapi, sejam lebih awal. Kalau biasanya Donghae menjemputnya, kali ini Chaeyoung harus berangkat sendiri agar dia tidak tergantung lagi dengan Donghae. Ponselnya diacuhkannya, dan dia langsung berangkat setelah pamit pada ibunya.
Di dalam bus, waktu telah menunjukkan pukul setengah tujuh. Biasanya, Donghae sudah sampai di rumah. Dan benar saja, ponsel Chaeyoung bergetar. Pesan dari Donghae. Chaeyoung, kamu sudah berangkat? Kenapa duluan? Kok tidak kasih kabar?
Chaeyoung menghiraukannya. Sesampainya di sekolah, dia langsung menuju perpustakaan hingga dia bertemu Siwon. ”Chaeyoung-ah…”
”Siwon-ah…”
”Yah, kau sudah sampai?” Siwon mengerling jam tangannya. ”Cepat sekali, biasanya Donghae in time, tidak pernah on time.”
Chaeyoung cuma tertawa, dan langsung meninggalkan Siwon. Tinggal Siwon kebingungan akan sikap Chaeyoung itu. Sampai ponselnya berdering, Siwon mengangkatnya. ”Donghae?”
”Siwon-ah… kau liat Chaeyoung?”
”Ne… dia ke perpustakaan.”
”Jadi dia sudah sampai?”
”Iya, kenapa?”
Ponsel keburu ditutup.

Lee Donghae
Perasaanku kacau balau hari ini. Sudah tiga setengah tahun aku mengenal gadis rapuh bernama Han Chaeyoung itu… tapi semenjak dekat dengannya, semenjak kejadian tiga bulan lalu, hari ini aku kacau dibuat olehnya. Setelah dia menjadi aneh beberapa hari lalu, akhirnya yang kutakutkan terjadi, dia ingin lepas dariku. Tanpa ada pemberitahuan sebelumnya, Chaeyoung tadi pagi pergi ke sekolah sendiri, tanpa memberi kabar apa pun. Pesanku tak dibalas, dan akhirnya jadi seperti ini.
Seharian aku mencarinya di penjuru sekolah, dia tak ada. Entah sembunyi dimana dia. Aku kok jadi kacau begini? Seharian tidak melihatnya bisa frustasi begini? Meski hanya akting jadi pacarnya, aku menikmati saat-saat hanya aku yang bisa menggan-dengnya, merangkulnya. Aku tetap tidak bisa menemukannya, akhirnya aku pulang dengan sedih, betapa kagetnya aku dia berdiri di depan rumahku.
”Chaeyoung-ah…” aku buru-buru turun, dan menghampirinya.
Dia tersenyum, tapi senyumnya aneh janggal. ”Donghae-yah… gumawo, telah menjagaku selama ini.”
”Mwo? Kau bicara apa?”
Chaeyoung menatapku dalam-dalam. ”Lee Donghae, kau baik sekali… kau mau menjadi teman dari orang selalu dicemooh ini. Kau dari dulu selalu membantuku, melindungiku. Aku sangat berterima kasih, aku bingung harus membalasnya dengan apa…”
”Yah! Aku tak suka kau bicara begitu…”
”Bukan begitu…” katanya lirih. Wajahnya memerah, dia akan menangis! Ya Tuhan, gadis ini tak pernah menangis, meski dia dikecam dan dikerjai. Ada apa dengannya hari ini? ”Aku harus bisa hidup tanpamu, Donghae-ya… aku tidak mungkin bergantung terus padamu…” katanya. ”Aku sangat menghargai apa yang kau lakukan padaku, tapi aku tak mau membebanimu.”
Dan hujan turun. Deras, syukurlah, aku bisa menyembunyikan air mataku yang ikut turun.
”Maksudmu apa?” tanyaku lemah.
”Donghae-ya… kau tak perlu lagi menjagaku, kurasa aku cukup kuat untuk bertahan sekarang. Kau tak perlu terbebani lagi…”
”Terbebani?!” suaraku pecah saat mengatakannya. Dia mengangguk. ”Aku tidak pernah terbebani! Aku memang mau menjagamu, menjadi temanmu!”
”Tapi aku tidak mau!” jeritnya sambil menangis. ”Kau merasa bersalah, Donghae-ya… kau hanya merasa bersalah, karena perlakuan mereka kepadaku disebabkan cemburu padamu! Tapi itu tak mungkin diteruskan…”
Aku terhantam mendengar kata-katanya.
Chaeyoung mengusap matanya. ”Jadi, sudahi saja… aku kembali ke kehidupanku, terima kasih atas segalanya.” Chaeyoung berbalik, dan hendak berjalan pergi ketika aku menariknya dalam pelukanku.
”Jangan pergi!” aku membiarkan diriku menangis. ”Jangan pergi! Jangan pergi! Setelah semua orang dalam keluargaku, aku harus kehilangan orang yang kusayangi lagi? Tidak, aku tidak mau! Jangan pergi, Chaeyoung-ah…”
Chaeyoung terperangah.
”Apa kau merasa risi akan perlindunganku? Mian, aku benar-benar tak mau kau dicelakai lagi! Aku menyukaimu dari dulu… dari awal masuk, namun kau selalu dikerjai… karena aku. Aku mencoba mengantarmu pulang, tapi di jalan kau hanya diam. Kau selalu pasrah dan kuat, hingga akhirnya kau mendapat perlakuan kasar. Akhirnya aku bisa menjagamu, tapi kau tetap mau pergi? Apa yang harus aku lakukan Chaeyoung-ah, agar kau tidak pergi? Appa tak mau lagi merawatku, Eommaku sudah tidak ada. Cuma kau satu-satunya tumpuan hidupku, kalau kau tak ada, untuk apalagi aku hidup?!” kuluapkan semua emosi yang kurasakan.
Kudengar dia menangis tersedu-sedu dalam pelukanku.
”Aku sayang padamu… sumpah, aku sayang padamu…” aku hanya bisa mengatakan itu berulang kali.
Akhirnya dia bereaksi, dia melepaskan rangkulanku padanya dan berbalik menatapku. ”Wae?”
”Butuh alasankah mencintai seseorang?” tanyaku. ”Aku mencintaimu dengan segenap denyut nadiku, apa pun kelemahanmu, kekuranganmu. Aku mencintaimu, karena hanya kau yang menerimaku apa adanya, bukan dengan embel-embel kelebihanku!”
Dia kemudian tersenyum. ”Wae? Kenapa kau tidak bilang dari dulu? Karena aku merasa hanya akulah yang mencintaimu, Donghae-ya… kukira kau takkan pernah membalasnya!”
Aku tersentak, meski basah, aku merasakan kehangatan menjalar kesekujur tubuhku. Aku memeluknya lagi. ”Aku sayang padamu, aku cinta padamu, saranghaeyo… Chaeyoung-ah.”
”Aku juga…” ulangnya. ”Aku juga…”
Aku melepasnya, dan meletakkan kedua tanganku di wajahnya. Lalu aku menyapu-kan bibirku pelan, tepat di bibirnya. Awalnya dia kaget, tapi kemudian dia mengerat-kan pelukannya padaku, di tengah hujan.




Chaeyoung, My Eternal Love
NC-17
By : haejinnisya
Tag : lee donghae

Donghae dan Chaeyoung pacaran sejak SMA, dan hubungan itu terus berlanjut hingga keduanya kuliah. Keduanya kuliah di tempat yang sama, namun karena keterbatasan biaya, Chaeyoung akhirnya memutuskan berhenti dan memilih bekerja. Meski sebetulnya Donghae mau membiayai kuliahnya.
Chaeyoung bekerja di restoran kecil, tapi pengunjungnya banyak. Jadi dia sibuk sekali, sementara jadwal kuliah Donghae yang ambil jurusan Hubungan Internasional juga padat. Keduanya cuma bisa berhubungan dengan telepon dan sms, kadang-kadang juga hari minggu ketika Donghae libur, Chaeyoung harus masuk.
Hingga akhirnya, Chaeyoung dapat libur pun, Donghae sedang ada acara di kampusnya. Suatu malam, Donghae menelpon Chaeyoung.
”Jagi…” panggilnya manja.
”Ne?”
”Kangeeeeen banget!” kata Donghae sambil merinding.
Chaeyoung cuma terkikik. ”Yaaah, kau ini! Aku juga kangen, aku kangen bawelmu… hehehe.”
”Jagi kau dimana?”
”Di rumahlah…”
”Aku tau di rumah… maksudku dimananya?” tanya Donghae lagi.
”Di kamar, lah… kau ini bertanya yang aneh-aneh saja…”
Dia mengeluh. ”Aku kangen, aku mau bertemu…”
”Tapi sekarang sudah jam dua belas malam, Jagiya… dan besok kau ada seminar di kedutaan jam delapan pagi.” Kata Chaeyoung sabar. ”Besok kalau kau bisa pulang cepat, kau datang saja ke restoran, oke?”
”Kau kan tau itu mustahil!” kata Donghae kesal.
”Ya sudah, mungkin minggu ini kita memang belum bisa bertemu… oke? Jangan sedih begitu, dong…”
”But, I miss you…”
”I know, I miss you too…”
”Can I go there now?”
Chaeyoung terbelalak. ”Yah, kau gila? Sekarang sudah tengah malam lewat lima belas menit!”
”Berarti sudah pagi!”
”Apa kata Eomma-ku kalau kau datang jam segini?”
”Eommamu kan tahu aku calon menantunya…”
”Ya tapi calon menantunya itu nggak dateng tengah malem kayak hantu begini, Jagi…”
”Ah, aku mau kesana! Kau tunggu saja…” telepon terputus.
Chaeyoung tentu saja hanya menyangka kalau Donghae hanya bercanda, tapi Chaeyoung juga memang belum mau tidur. Dia duduk di meja kerjanya, sambil membaca buku, sampai jendelanya berbunyi krieeeet kencang. Chaeyoung menoleh, jendelanya berbunyi lagi. Kamarnya memang terletak di lantai dua, bagian belakang, halaman belakang kan kebun. Maka Chaeyoung ngeri-ngeri sendiri, begitu didengarnya bunyi krieeeeeeet tadi.
Chaeyoung berdiri mundur, sampai pintu jendelanya diketuk. Chaeyoung menjerit cukup kencang.
”SSSSTTT! PABO! Jangan keras-keras!”
Chaeyoung terperangah. Donghae. Dasar anak itu, buru-buru Chaeyoung membuka jendela kamarnya, ketika ibunya memanggil dari bawah. ”Chaeyoung-ah, gwenchana?”
”Gwenchana, Eomma… tadi ada kecoak… mian, mian…” balas Chaeyoung sambil berjingkat menutup jendela kembali, karena cowoknya sudah masuk ke dalam kamarnya. Begitu dia berbalik hendak memarahi Donghae, Donghae sudah merengkuhnya, dan memberinya satu ciuman panjang.
”Yah! Kau ini pabo sekali…” kata Chaeyoung begitu sudah berhasil melepaskan diri dari ciuman Donghae.
Donghae cuma terkekeh tak jelas, sambil memeluk Chaeyoung dan memutar-mutarnya seperti berdansa. ”Sekarang kau tau aku nekat, kan? Aaaah, I miss you sooo, baby…”
”Aku tau… tapi gak manjat juga kan caranya, kayak Romeo & Juliet aja…” sela Chaeyoung sambil balas memeluk Donghae.
Donghae terkikik. Kemudian melepaskan Chaeyoung, memandangnya lekat-lekat, ”Coba lihat! Dua minggu tak bertemu kau makin kurus saja! Yah, Chaeyoung-ah, kau ini makan tidak, sih?”
”Makaaaaaaan…” jawab Chaeyoung.
Donghae menariknya lagi ke dalam pelukannya, kemudian membawanya duduk di kasur. ”Baru dua minggu tidak bertemu rasanya seperti dua abad, Ya Tuhan… kenapa jadwalku padat sekali, sih?”
”Sudahlah, hari ini ketemu kan…”
Donghae melepaskan Chaeyoung dan manyun. ”Kau ini! Kau sama sekali tidak kangen apa padaku?”
”Kangen, kok…”
”Tapi santai banget ngomongnya…”
Chaeyoung ngakak. ”Yah habis aku harus gimanaaaaaa?”
Donghae manyun. Chaeyoung makin cekikikan, dan menoel-noel dagu Donghae. ”Donghae-ya… Jagiya… Jagiya… Honey Bunny Sweety Candy Baby…” Donghae masih manyun. ”Jangan ngambek, doooong…” lalu Chaeyoung sudah mencium Donghae singkat. Donghae terperangah. Seumur-umur dia pacaran sama Chaeyoung, nggak pernah sekalipun Chaeyoung menciumnya duluan.
”Yah…” mata Donghae berbinar-binar.
Chaeyoung tersenyum. ”Aku kangen, kok… serius deh!”
”Cium lagi!” pinta Donghae manja.
”Kan tadi udah…”
”Gak mau tau! Mau lagi… kalo gak aku marah…”
Chaeyoung geleng-geleng. Kemudian dia mencium Donghae lagi, awalnya cuma mau singkat aja, karena malu, tapi begitu bibirnya sudah mampir di bibir Donghae, Donghae menangkap punggung Chaeyoung, dan menariknya lebih dekat. Kali ini, bukan Chaeyoung lagi yang mengambil kendali, melainkan Donghae.
Donghae makin menarik Chaeyoung, dan tiba-tiba dari posisi keduanya yang duduk, keduanya telah berbaring. Donghae menarik Chaeyoung, sehingga posisi Chaeyoung kini telah berada di atas tubuhnya. Donghae semakin tidak bisa mengendalikan diri, namun Chaeyoung melepaskan dirinya.
”Yah, kau ini nakal sekali…” wajah Chaeyoung berbinar, tapi merah padam seperti kepiting rebus.
Donghae tersenyum. Kemudian dia berdiri, dan beranjak ke pintu.
”Kau mau kemana?”
”Mematikan lampu…”
”Yah!” pekik Chaeyoung tertahan, namun klik lampu sudah mati. Chaeyoung langsung merinding, dadanya berdegup kencang. Bukannya dia tidak mau, tapi dia belum siap! Aduuuuh…
Kemudian seseorang, Donghae, sudah meraihnya lagi. ”Saranghae…” bisiknya tepat di tengkuk Chaeyoung.
”Donghae-ya…” keluh Chaeyoung.
Tapi Donghae tak mau mendengarkan, dan sekarang sudah mengecup leher Chaeyoung, pelan, hingga cepat, dan panas! Chaeyoung berusaha mengelak, namun jujur saja dia merasa nikmat.
”Donghae-ya…” rintihnya.
Donghae kemudian merebahkan Chaeyoung dikasur, dan menindihnya, Donghae naikkan wajahnya, sehingga tepat menghadap wajah Chaeyoung yang bersinar karena sinar bulan. ”Please, let me…” bisiknya.
”Tapi…”
Donghae menatap Chaeyoung dalam, Chaeyoung bebas menolak, namun sejujurnya dia mau. Donghae tersenyum kecil, ”I’m yours, Honey…” kata Donghae, lalu langsung mengecup pelan bibir Chaeyoung yang pasrah, hingga Chaeyoung rasanya mau meledak, dan kehabisan napas. Ketika sudah selesai mengambil napas, Donghae menciumnya ke leher, sembari tangan satunya menyelusup ke dalam gaun tidur panjang Chaeyoung, gaun itu sudah naik sampai di pinggang Donghae, dan Donghae berhasil mencapai apa yang dia cari, dilepaskannya ikatan bra Chaeyoung, Chaeyoung menjerit perlahan.
”Donghae-ya…” panggil Chaeyoung perlahan.
Donghae sudah melepaskan bra Chaeyoung, dan kini dia bebas menjelajah, sementara Chaeyoung dibuat kembang-kempis. Donghae menciumnya dalam dan lama lagi, ketika akhirnya tangan Chaeyoung pun ikut bergerak, Chaeyoung perlahan melepaskan kaus polo Donghae, melewati kepalanya, dan Donghae melempar kausnya begitu saja ke lantai. Donghae pun melepaskan gaun tidur Chaeyoung, dan melemparnya juga ke bawah berikut software-nya.
Tangan Chaeyoung turun ke celana jins Donghae, dilepaskannya celana itu perlahan, dan Donghae membantunya. Setelah tak ada halangan lagi diantara keduanya, Donghae kembali melancarkan aksinya, diciumnya kening, kedua mata Chaeyoung, hidung, bibir, dagu, hingga turun ke dadanya. Digigitnya satu persatu, dan kecupnya lagi bekas gigitan, sementara tangan satunya bekerja di bawah. Chaeyoung nyaris menjerit, ketika akhirnya Donghae melakukannya. Awalnya pelan, namun lama kelamaan semakin liar, hingga akhirnya keduanya sampai di titik batas, dan Donghae terkulai lemas di atas tubuh Chaeyoung. Keduanya sesaat terdiam, mengatur napas, sementara Chaeyoung membelai punggung kekasihnya itu.
”Jagi…” panggil Chaeyoung.
”Hmm?” jawab Donghae dengan mata terpejam.
”Kau menginap disini?”
Donghae menjawab lagi. ”Kau mau aku pulang?”
”Aku mau tidur memelukmu semalaman…” jawab Chaeyoung sambil membelai kepala Donghae, rambutnya sedikit basah karena keringat. ”Tapi bagaimana dengan seminarmu besok?”
Donghae menjawab. ”Aku akan bangun pagi, aku akan tidur disini, memelukmu sampai pagi. Oke, Jagi?”
”Oke…”

Itu adalah pertama kali keduanya menghabiskan malam bersama.

Gak tau ada pikiran apa waktu bikin ini, yang jelas aku yakin banget kalo Donghae jagooooo… wkwkwkwk, hehehe. Maaf ya buat bini-bininya Donghae, wkwkwk  no offense, cuma imajinasi liar saja. Buat yang mau publish, klo udh di publish, makasih banyaaaaaak

__________________________________________________________

nah ini versi lengkap dari FF NC si Chaeyoung yang bikin kontroversi di Superjuniorff2010.wordpress.com hahahaha...