Friday, April 16, 2010

FANFICTION : I Belong To You

I Belong To You

Tags : Kim Ryeowook

Kadang-kadang, ada yang datang dalam hidup kita, tanpa kita sadari betapa berartinya dia…
Namun, begitu dia lenyap tak berbekas…
Baru terasa, betapa pentingnya hadirnya…
Itu yang kutangkap dari hubunganku dengannya…
Ya, aku sahabatnya…
Gadis yang paling dekat dengannya, setelah ibu dan kakak perempuannya…
Ketika dia pergi, baru kusadari, rasa cintaku padanya…
Melebihi apa pun di dunia…
________________________________________

Kim Je Sun dan Kim Ryeowook adalah sahabat dekat. Awalnya mereka satu kelas ketika kelas tiga SMP. Je Sun dan sahabatnya, Park Shinhye, mengenal Ryeowook. Awalnya, Shinhye menyukai Ryewook, namun begitu berita berkembang kalau Shinhye menyukai Ryeowook, sikap Ryeowook berubah menjadi dingin dan tidak perduli lagi. Akhirnya sifat asli Ryeowook keluar juga, dia dingin sekali terhadap wanita.

Dari yang tadinya dekat dengan Shinhye, lama kelamaan Ryeowook menjauhi Shinhye. Dan justru dekat dengan Je Sun. Kedekatan mereka sangat sepele, hanya karena Wookie, panggilan akrabnya, mendengar bahwa Je Sun menyukai game pc The Sims, Wookie yang sama-sama suka dengan game itu, mengajak Je Sun untuk datang ke rumahnya, beserta teman-teman sekelompoknya yang akan mengerjakan tugas, meski sebetulnya Je Sun tidak satu kelompok dengan Wookie.

Lama kelamaan keduanya semakin dekat. Dan itu memicu kecemburuan pada diri Shinhye. Shinhye yang awalnya dekat dengan Je Sun, akhirnya memprovokasi tim karate Je Sun agar membenci Je Sun, akhirnya Je Sun keluar dari tim karate, meski sebetulnya Wookie hendak menemani Je Sun. Wookie lama kelamaan merasa nyaman dengan Je Sun, dia menceritakan rahasia-rahasia terbesarnya pada Je Sun seorang, dari cinta pertamanya yang berakhir tragis, yang membuatnya agak trauma berpacaran.

Akhirnya Wookie dan Je Sun pun masuk SMA, keduanya masuk ke SMA yang sama, karena nilai keduanya yang cukup tinggi. Keduanya kembali bersahabat, Je Sun sempat menjalin kasih dengan seorang kakak kelas yang bernama Choi Siwon, sampai akhirnya keduanya terpaksa putus karena perbedaan keyakinan. Wookie selalu ada dan mendukung Je Sun. Je Sun masih sangat mencintai Siwon, meski Siwon sudah lulus, dan kuliah di kota lain. Semua password Je Sun masih atas nama Siwon. Sehingga Wookie yakin kalau sahabatnya ini masih mencintai Siwon.

Di SMA, Je Sun memiliki seorang sahabat, yang bernama Shim Chaerin. Ternyata, Chaerin pun menyukai Wookie, lambat laun, Chaerin cemburu melihat kedekatan Wookie dan Je Sun. Ibu Je Sun sangat menyayangi Wookie, dan menganggap Wookie sebagai anaknya sendiri, itu malah semakin menyulut api kemarahan Chaerin.

Dikelas Wookie dan Je Sun
Je Sun baru saja kembali dari kantin sehabis membeli makanan bersama Wookie, ketika temannya, Yoo Rin memberitahunya sebuah kabar. ”Je Sun… tadi Huang Bo mencarimu.”
”Huang Bo?” tanya Je Sun.
Yoorin mengangguk. ”Kayaknya dia marah gitu deh sama kamu.”
”Sincha?!” Je Sun kebingungan. Huang Bo? Ya, aku dan Huang Bo memang tidak cukup dekat, tapi kenal. Kami sama-sama aktif di bidang OSIS, dan anggota Paduan Suara sekolah. Tapi kenapa Huang Bo marah-marah? Pikir Je Sun heran.
Saking sibuknya melamun, tak disadarinya Wookie mengetuk kepalanya. ”Je Sun!”
Je Sun terkesiap, dan langsung memukul lengan Wookie. ”Kau ini! Lembut dikit kenapa…”
”Lembut dikit?! Yah, aku sudah memanggilmu, mencolekmu, tapi kau tidak nyahut juga! Ya sudah, kugetok saja kepalamu! Lagian kau ini… suka sekali bengong!” Wookie ngedumel.
”Bawel!” Je Sun geleng-geleng. ”Eh iya! Kau memanggil kenapa?”
”Aku ke rumahmu lagi, ya…” kata Wookie kasual. ”Rumah kosong. Daripada aku makan hanya dengan telur ceplok saja, mending aku makan masakan mamamu, bagaimana?” puppy eyes-nya muncul.
Je Sun manggut-manggut. ”Iye, iyee…”
”Lalu kau kenapa bengong?”
”Ah, tidak… hanya saja…”
”Jang Je Sun!” panggil seseorang.
Je Sun menoleh, dan melihat Hwang Bo sudah berdiri di pintu kelas. Wajahnya jutek sekali. ”Bisa ngomong sebentar?”
”Ah iya…” Je Sun mengangguk dan langsung meninggalkan Wookie begitu saja. Wookie memerhatikan mereka.
Je Sun menghadapi Hwang Bo yang wajahnya sudah jutek sekali. Keduanya berdiri di depan kelas. Hwang Bo kemudian bertanya. ”Je Sun… kudengar, kau yang bilang kalau aku hamil?”
”Hah?!” Je Sun langsung kaget. Yah, memang Je Sun mendengar gosip bahwa Hwang Bo hamil, tapi Je Sun tak percaya. Gosip itu memang sudah lama, dan Je Sun termasuk orang yang pertama kali mendengarnya, begitu juga Chaerin.
”Iya! Aku dengar dari anak-anak IPA…” suara Hwang Bo meninggi. ”Katanya kau yang bilang padanya kalau aku hamil! Maksudmu apa, nyebar-nyebar berita kayak gitu? Mau eksis? Mau dianggap?”
Je Sun langsung kaget. ”A…aku tid…ak…”
”Tapi itu anak-anak semua pada bilang kau!” dengan suara penuh penekanan. ”Bahkan Chaerin pun bilang kau yang menyebarkan gosip itu! Aku tidak pernah ngusik hidupmu, ya… tapi kenapa kau mengusik hidupku?”
”Aku tidak…”
Dan Hwang Bo benar-benar melabrak Je Sun. Je Sun bingung harus bagaimana, dia sedih, dia merasa dikhianati oleh Chaerin. Je Sun menangis, meski hanya menggenang di pelupuk matanya. Tapi hatinya yang pernah tersayat karena dikhianati sahabatnya sendiri, semakin sakit. Pulangnya di perjalanan, tidak seperti biasanya, Je Sun hanya diam saja sepanjang perjalanannya.
”Je Sun…” panggil Wookie.
Je Sun bengong.
”Je Sun…”
Je Sun masih bengong.
”Yah! Jang Je Sun!”
”Apaaan?! Kau itu teriak-teriak di motor… berasa jalan punya nenek moyang aja!” Je Sun menyahut.
Wookie terkekeh. ”Lagian ngelamun aja, kesambet lho!”
”Kan emang aku suka melamun!”
”Alaaaa, biasanya kalo di jalan cerewet… nanya ini nanya itu…” kata Wookie.
”Kau ini ya! Serba salah banget, kalau aku banyak tanya, aku dibilang bawel… kalau aku diam, dikomentari!”
Wookie tertawa. ”Iya deh iya…”
”Wookie, na ottokhe?”
Wookie bergumam. ”Hmm?”
”Aku harus bagaimana?” gumam Je Sun sedih. ”Semua orang membicarakanku. Mereka bilang aku provokator, mereka bilang aku tukang adu domba, mereka bilang aku ember!”
”Baskom kali?”
”Wookie!” aku menggeplak helmnya.
Wookie tertawa. ”Badanmu kan besar, makanya kubilang baskom. Karna besar dan bulat!”
”Lee Ryeowook! Bisa tidak sih kau itu care sedikit saja pada sahabatmu?!”
”Iya… iya…”
Lagi-lagi Je Sun menghela napas. ”Na ottokhe? Bagaimana aku mau ke sekolah besok jika aku diberitakan seperti ini?”
”Cuek aja!”
”Mwo?”
”Cuek aja! Toh memang kau tidak melakukannya, dan tidak akan pernah melakukan-nya!”
Je Sun menghela napas lagi. ”Bicara memang gampang, tapi sulit sekali dilaksanakan.”
”Tapi kan kau memang tidak melakukannya!”
”Tapi semua anak IPA bilang aku yang melakukannya!”
”Itu karena Chaerin!” kata Wookie lagi. ”Aku sudah berulang kali bilang padamu kalau dia itu bukan orang yang bisa dipercaya, tapi kau malah memarahiku dan bilang bahwa aku harus bersikap baik padanya! Setiap aku kembali mendiamkannya, malah kau yang memarahiku dan mau mendiamkanku balik! Lihat apa yang diperbuat padamu? Kau begitu percaya padanya, tapi dia tega mengkhianatimu, dengan memfitnahmu!”
”Tapi apa alasannya dia memfitnahku?” Je Sun nyaris menangis.
”Je Sun sadar! Apalagi yang dia mau…”
Je Sun menatap punggung Wookie. ”Maksudmu…”
”Je Sun! Dia tidak sungguh-sungguh jadi sahabtmu…”
”Jadi karena dia cemburu?!”
”Karena apa lagi coba?”
Je Sun tertawa frustasi. ”Bagus, dulu karena kau, dan sekarang karena kau lagi! Astaga! Apa sih yang dilihat gadis-gadis itu padamu, sampai-sampai harus aku yang selalu jadi korban?!”
”Kok jadi aku yang disalahkan?”
”Aduuuuh.” Je Sun geleng-geleng sendirian.
”Sudah, tak usah dipikirkan lagi apa kata orang! Kau masih ada aku, masih ada anak-anak IPS yang tidak percaya, oke?”
Je Sun mengangguk. ”Asal kau tak ikutan, cukup deh.”
”He he he…”
________________________________________
Kejadian itu sudah berlangsung sekitar enam bulan yang lalu. Sekarang Je Sun dan Wookie sedang menunggu hasil ujian akhir mereka. Gosip itu semakin lama berlalu, dan seisi sekolah mulai tahu mana yang benar dan mana yang salah. Sementara itu, datang kabar dari Wookie.
Seperti biasa, Wookie datang ke rumah Je Sun.
”Je Sun, aku mau cerita…”
”Apa?”
Wookie terkekeh. ”Kau tau kan, kalau kemarin aku ikut reuni SD-ku…”
”Ne…” Je Sun manggut-manggut. Dilihat dari ekspresi Wookie, jangan-jangan… ”Yah, Lee Ryeowook. Kau bertemu dengannya? Dengan mantanmu itu?”
Wookie menggeleng. ”Dia kan di Mokpo…”
”Lalu kenapa kau senang?”
”Aku dapat nomor hape-nya…”
Je Sun melongo, lalu tertawa. ”Sincha? Aaaah, akhirnya… lalu apa yang kau lakukan setelah itu?”
”Belum ada!”
”Pabo!” Je Sun menjitak kepala Wookie. ”Kau ini benar-benar pabo! Sudah dapat nomornya bukan di sms, telepon atau apa gitu…”
Wookie mengusap kepalanya. ”Harus begitu?”
”Aku ini sudah bosan melihatmu jomblo, tahu?”
”Kau kan juga jomblo!”
”Tapi aku tidak jomblo dari SD sampai SMA sepertimu!”
Wookie manyun. ”Aro, aro… jadi maumu apa?”
”Telpon sana!”
”Mana berani aku?!”
”Ya Tuhan! Hari gini masih ada cowok pabo sepertimu, ya? Wookie, telepon sekarang juga!” Je Sun melotot.
Dibawah tatapan mata Je Sun yang melotot, mau tak mau Wookie mengeluarkan ponselnya, dan mencoba menghubungi mantannya tersebut. Je Sun memandangnya dengan penasaran, kemudian Wookie menutup kembali ponselnya.
”Kenapa? Nomornya tak aktif?”
”Ani…”
”Lalu?”
”Kumatikan!”
Je Sun nyaris menjerit. ”Wookie! Wae?!”
”Malu, lah…”
”Yah! Kau ini cowok apa cewek sih? Telepon lagi!”
Wookie mengeluarkan ponselnya lagi, lalu nyureng memandang Je Sun. ”Nanti saja lah, kutunggu ia mengirimiku pesan baru aku akan membalasnya! Sudahlah, lebih baik kita main PS, khaza…”

________________________________________

Ada yang pernah bilang…
Kalau sesuatu itu terasa berharga jika telah merasa kehilangan…
Tapi, aku pun belum merasa bahwa ia berharga…
Bahkan ketika perlahan-lahan, dia mulai menghilang…

Akhirnya hal itu terjadi. Missed call dari Wookie dijawab oleh gadis itu, Sunkyu. Lee Sunkyu. Wookie dan Sunkyu sekarang jadi sering berkiriman pesan, meski Sunkyu sedang di Mokpo. Wookie selalu bercerita apa yang terjadi, dan bagaimana perkembangan hubungannya dengan Sunkyu.
Wookie pun akhirnya dikenal oleh teman-teman sekelasnya sebagai orang normal! Karena tadinya dia tidak pernah kelihatan punya pacar. Akhirnya, Wookie dekat dengan seorang gadis. Wookie pun pertama kali mengenalkan Sunkyu kepada Je Sun. Ketika Sunkyu akhirnya ke Seoul pun, Wookie pertama-tama mengajaknya datang ke rumah Je Sun, mengenalkan Sunkyu pada Papa-Mama Je Sun.
Ketika akhirnya Je Sun dan keluarga pindah keluar kota, Wookie masih ikut membantu pindah rumah. Bahkan menginap selama satu minggu di rumah Je Sun. Tidur bareng Je Sun dan adiknya.
Ketika Wookie akhirnya akan kembali ke Seoul. Wookie berkata. ”Sebentar lagi kau kan ultah, jangan lupa traktir aku!”
”Iya, bawel! Hati-hati kau… salam untuk Sunkyu!”
Dan di hari ulang tahun Je Sun, Wookie dan Sunkyu memberikannya kado tiga buah komik. Beserta dengan ucapan, atas nama Wookie dan Sunkyu. Je Sun senang, akhirnya Wookie dan Sunkyu semakin dekat. Je Sun terus berdoa, agar Sunkyu tidak lagi mencampakkan Wookie seperti waktu SD dulu. Meski mereka bersama ketika SD, namun Wookie trauma, dan ternyata Wookie masih mencintai cinta pertamanya tersebut. ”Sunkyu… jangan sakiti Wookie lagi. Aku takkan pernah memaafkanmu jika kau menyakitinya lagi.” Janji Je Sun.

To Be Continue...
well, this fanfiction is dedicated to my bestfriend Ayu Triani, enjoy!

2 comments:

Han SooHyun ํ•œ ์ˆ˜ํ˜„ said...

lanjoooooooooooot....koq wookie jd dipanggil Lee RyeoWook sih???bukannya Kim RyeoWook???

Renita Rahayu said...

Iya, tuh.. Haha.. Emang marganya kim ya? Baru tau deh haha *jadul*
Wah.. Ffnya keren... Je sun itu tokoh yang dibuat?

Post a Comment