Thursday, April 15, 2010

Words That Hard To Say


Words That Hard To Say



Kim Taeyeon.
HIDUP kadang-kadang terlalu membosankan untuk jadi seorang idola. Nggak bisa nikmatin masa-masa indah, jadi remaja, bebas berkeliaran kemana aja, nggak usah sok-sok jaim. Terlebih, deket sama cowok siapa ajaaaaa itu enak. Itu keuntungan jadi orang biasa. Jadi idola, banyak konsekuensinya, contohnya aja sekarang, deket sama cowok aja udah masuk tivi sama tabloid dua minggu penuh. Internet rame, komen foto rame, semua rame… apalagi kalo udah kena skandal, wah! Untung belum pernah, jangan sampeeeee deh!
Gara-gara hal itu, aku jadi nggak bisa menunjukkan perasaanku yang sebenarnya. Itu udah dikomen sama adik-adikku dalam suatu reality show. Katanya walaupun udah hidup bareng selama dua setengah tahun, mereka nggak tau siapa sebenernya aku, terlebih pria idamanku.
Pria idaman, ya itu masalahnya. Naksir orang biasa, nanti kena amukan fans. Apalagi naksir yang sama-sama idola, banyak anti fans yang bikin kepalaku mau pecah, apalagi kalo udah deketnya sama idola-idola yang papan atas. Aku kan leader, aku pusing mikirin masalah adik-adikku, terlebih YoonA, yang memang lagi kepengen banget jadian sama Taecyeon, tapi semua orang malah pada marah sama dia! Sampe pusing aku… mikirin Yoona, dan segala permasalahan dalam tim kami, aku jadi lupa sama dia. Ya dia… aku manggilnya Oppa, karna nyebut namanya itu susahnya bukan main, nyebut namanya bikin wajahku memerah. Oppa anggota BB (Boy Band) ternama di Korea, bahkan di dunia. Oppa juga satu manajemen sama aku. Oppa itu anggota Super Junior, grup yang seringg banget dipasangkan sama grup kami, SNSD. Seneng sih, tapi kadang bete juga.
Oppa sama aku bedanya jauh banget umurnya, Oppa udah dua puluh tujuh, sementara aku dua puluh satu. Tapi aku suka banget sama dia, Oppa itu baik, lembut, kocak! Aku nggak pernah menilai seseorang dari fisik belaka, tapi untuk yang satu ini, kuakui Oppa itu ganteeeeeeng sekali, apalagi kalo udah senyum, waaaah! Aku harus banyak-banyak tarik napas, biar gak kehabisan oksigen. Mungkin terkesan lebai, tapi memang itu yang kurasakan. Awalnya kukira cuma kagum sama Oppa seperti yang lain-lainnya, tapi semenjak Oppa sering dipasangkan sama Jessica, temenku di SNSD, sebagai model, aku sadar perasaanku ke Oppa itu lebih dari sekedar hanya kagum.
Kalau dipikir-pikir, aku bahkan merasa nggak mampu naksir Oppa. Oppa itu terlalu perfect buat aku. Oppa dapet julukan Leader terbaik. Oppa hebat diberbagai bidang deeeeeh. Baik hati dan fisik Oppa, semua sempurna di mataku. Aku senang banget minggu lalu waktu Oppa kasih aku kalung kembaran, aku pakai dalam acara di salah satu stasiun televisi, semua orang membicarakannya. Banyak yang iri, banyak yang bilang aku nggak cocok sama Oppa. Dan aku sadar akan hal itu, itu yang membuatku makin merasa minder, meski senang diberi Oppa kalung.

Park Jungsoo, Leeteuk
Umurku sudah beranjak jauh sekali. Rasanya baru kemarin aku ikut berbagai pelatihan di SM agar menjadi idola. Selama itu pula, aku sendiri. Sendiri dalam arti sendirinya single. Aku belum punya pacar sama sekali, namun bukan berarti aku gak mau. Aku mau, bahkan sangat mau. Cuma tuntutannya berat, aku harus ingat-ingat nasib Super Junior kalau aku punya pacar.
Tapi untuk kali ini hatiku tak bisa dibendung lagi, gadis itu sudah terlalu banyak menyita perhatianku. Aku sampai stress, dimana pun, kapan pun, jika aku melamun, jika aku tertidur, pasti dia yang selalu muncul. Badannya yang mungil, wajahnya yang lucu, serta ekspresinya yang unik. Aku nggak tahaaaaaan! Gadis itu hampir sama sepertiku, leader. Dan dia leader SNSD, Girl Band terbaik di Korea menurut pandanganku. Gadis itu mulai menyita perhatianku saat pertama kali kami bertemu. Senyumnya nggak bisa sama sekali aku lupakan.
Namanya indah, Kim Taeyeon, suaranya juga. Tidak sepertiku, yang meski leader merupakan sub vocal. Taeyeon adalah main vocal, bersama dua orang gadis lain. Jujur, kalau secara fisik, Taeyeon bisa dibilang kalah dibandingkan si semok Yuri. Dan banyak orang yang bilang, Yoona adalah gadis tercantik di SNSD. Tapi buatku semua tidak berarti, kecuali dia. Taeyeon, namanya saja sudah seakan menjadi tata surya. Setelah cukup lama bertahan, aku memutuskan untuk maju. Aku mau bahagia, dan aku yakin, Taeyeon bisa mengabulkan impianku itu, seperti lagunya.
Tapi, dibalik sikap perhatian Taeyeon, sikap ceria, dan kelakuan lucunya, Taeyeon itu seperti tirai hitam. Taeyeon itu gadis paling tertutup, meski bungkus luarnya bahagia. Taeyeon jarang menceritakan tentang dirinya, jadi aku sendiri bingung. Aku harus membuatnya mengakui bahwa ia pun menyukaiku, karena ketika aku membelikannya kalung pasangan, ia memakainya. Aku bahagia sekali, tapi Taeyeon tetap tenang. Emosinya sama sekali tak terlihat, beda denganku yang sangat kontras, menurut adik-adikku.
”Hyung, ngapain sih? Ngintipin Taeyeon aja dari tadi…” itu kepergok sama Kyuhyun. Ketika Taeyeon sedang siaran sendirian, dan aku pun baru mau siaran bareng Kyuhyun.
Akhirnya Kyu, adikku yang paling kecil itu, tahu bahwa aku menykai Taeyeon. Bahkan menurutnya, dia sudah lama yakin kalau aku suka pada Taeyeon.
”Bilang, Hyung… bilang padanya kalau kau memang suka padanya!” saran Kyuhyun berapi-api.
”Aku takut ditolak, jujur.” Jawabku apa adanya. ”Aku sukaaaa sekali padanya, aku senang kalau SNSD jadi bintang tamu kita. Aku senang waktu syuting video klip dengannya. Aku senang kalau ada dia… tapi aku juga manusia, Kyu… aku takut ditolak.”
”Hyung,” kata Kyu pelan. ”Kau itu terlalu lama menahan perasaanmu. Katakan padanya, Hyung… kalau tidak, kau yang menderita. Aku sebetulnya sudah curiga kau menyukainya, aku lihat seperti kau kesakitan jika melihatnya. Dan yang paling jelas, waktu dia merebahkan kepalanya di bahu Siwon Hyung, kau nampak gelisah. Hyung, Taeyon masih sendirian. Biarpun Hyung ditolak, dia masih sendiri… masih ada kesempatan!”
”Aku tak bisa bilang segamblang itu, Kyu…”
”Setidaknya tunjukkanlah, Hyung… perlahan-lahan, buat dia sadar kalau kau suka padanya!”
Aku memikirkan kata-kata Kyu. Dia bijak sekali, dalam memberi saran. Padahal dia sendiri belum punya kekasih, dan aku tahu betul dia menyukai Maknae-nya SNSD, Seohyun, namun sama sepertiku. Tapi seperti yang dia katakan, aku seakan terbakar hidup-hidup, kalau terus menahan perasaanku seperti ini. Maka, aku membelikannya kalung. Kalung itu kupesan khusus, bentuknya unik, abstrak. Dibuat dua pasang. Aku memberikannya pada saat yang amat sangat tidak romantis, ketika kami bertemu di toilet, di gedung manajemen kami bersama.

Flashback
Aku bahagia banget hari ini. Couple band, Super Junior dan SNSD lagi kumpul. Meski beda urusan, jelas. Aku dan Super Juniorku sedang rekaman untuk album keempat kami, sementara SNSD lagi getol-getolnya latihan lagu baru mereka, Run Devil Run. Yang udah rilis, dan jujur aku agak-agak gak suka lihat Taeyeon memakai baju seterbuka itu dalam video klip. Hiiiiiih, ingin kumarahi, meski ia belum jadi milikku.
”Hyung mau kemana?” tanya Yesung saat dilihatnya aku berdiri hendak keluar dari studio.
Aku senyum. ”Kamar mandi, break dulu ya!” aku buru-buru keluar, langsung mikir. Dimana kali ini SNSD latihan, di ruang mana? Biasanya sih tepat diatas lantai ini, maka aku langsung naik ke atas, kemudian kulihat orang yang kucari itu. Kim Taeyeon. Rambutnya digelung ke atas, hanya memakai kaus, dan celana pendek, serta sepatu keds.
Taeyeon seksi banget waktu keringatan. Dia sepertinya mau ke toilet, aku membun-tutinya. Menunggunya di depan toilet, dan akhirnya kesempatan itu datang. Taeyeon bersenandung kecil lagu Super Junior T, Rokuko. Merdu sekali, aku muncul di hadapannya.
”Oppa?” Taeyeon langsung tersenyum.
”Annyeon, Tayeon-ah…” aku senyum. ”Apa kabarmu? Aku lama tak melihatmu semenjak dua minggu lalu.”
Taeyeon tertawa kecil. ”Mian, Oppa… aku tidak bermaksud sombong. Aku sibuk sekali, sampai tidak menyapa kalian, padahal kalian disini. Maaf ya, Oppa… Oppa sendiri?”
”Nggak, sama yang lain… rekaman album.”
”Waaaa…” Taeyeon tepuk tangan antusias. ”Mau ngeluarin album kan ya, Oppa sebentar lagi? Horeeee…”
Aku senyum lagi. ”Dua minggu ini tampil terus, kan? Aku liat waktu di MBC, kalian capek banget kayaknya. Istirahat gimana? Kurang?”
”Ya pastilah, tapi namanya juga cari makan, Oppa…”
Aku tertawa, dan tidak tahan untuk tidak mengacak rambutnya. Ia tetap tersenyum, astaga, hatiku yang bergetar. Dia tetap tenang, gadis anggun! ”Jaga kesehatan ya… Yuri kan habis kena Swine Flu, jangan sampe kamu…” sengaja kutekan kata itu. ”Dan yang lain ikut kena ya…”
”Iya, Oppa…” Taeyeon mengangguk. ”Makasih ya, Oppa… Oppa sangat care sama kami, sementara kami tidak. Maaf, Oppa…”
”Gak apa-apa, Taeyeon-ah… oh ya, kemarin aku dapet ini dari fans.” Langsung kukeluarkan kalung itu.
Taeyeon memerhatikannya dengan matanya yang bulat dan ekspresif itu. Dia tetap tersenyum. ”Indah sekali, Oppa…”
”Ada dua…” aku mengeluarkan keduanya. ”Kan itu kalung pasangan, nggak mungkin aku pakai dua-duanya. Jadi, satunya buat kamu aja, deh…”
”Eh? Buat aku?”
Aku senyum dan mengangguk. ”Kita kan sama-sama leader, biar kompak… jadi, ibaratnya Super Junior itu, pacarnya SNSD.”
”Ha ha ha…” Taeyeon langsung tertawa lepas. ”Gimana cara pacarannya tuh Super Junior sama SNSD?”
”Ya makanya diwakilin sama aku dan kamu,” aku menjawab. ”Jadi, kita sebagai leader yang nyomblangin Super Junior sama SNSD. Jadi harus leader yang pakai, dari Super Junior itu aku, Leeteuk. Dari SNSD itu kamu, Taeyeon-ah!”
Taeyeon cekikikan. ”Oke, Oppa…”
”Ya udah, hadap sana… aku pakaikan!”
Taeyeon berbalik. Entah sudah berapa lama aku merindukan meski hanya sekedar punggung. Kapan aku berhak memeluknya dari belakang, dan mendekapnya erat, seerat-eratnya. Aku menggelengkan kepalaku, dan memasangkan kalung itu di tengkuknya.
”Cantik.” Pujiku.
”Iya, kalungnya cantik…” kata Taeyeon rendah hati.
Aku geleng-geleng. ”Yang cantik itu kamu, kalung ini nambah kamu cantik.”
”Kumawo, Oppa…” senyumnya tulus.
”Yah, Hyung!”
Aku dan Taeyeon menoleh. Siwon, muncul. Taeyeon tersenyum, dan menyapa. ”Oppa…”
”Taeyeon-ah!” entah kenapa aku benci melihat wajah Siwon yang berbinar begitu melihat Taeyeon.
”Yah, kalian pakai kalung kembar begitu…” Siwon melihat kalung kami. Aku bangga gitu. ”Baru jadian ya? Nggak romantis amat di toilet.” Well, Siwon… untuk hal itu, aku setuju padamu.
Taeyeon malah tertawa. ”Iya baru jadian…” membuatku nyaris loncat. ”Tapi bukan aku sama Leeteuk Oppa, tapi Super Junior dan SNSD.”
”Mwo?” Siwon bingung gitu. Aku kecewa. ”SNSD emang diciptakan untuk Super Junior, ha ha ha… yah, Hyung. Kita break terlalu lama… ayo rekaman lagi!”
”Ah iya! Oppa, mian… karena ngobrol jadi terlambat. Aku juga harus kembali latihan, bye Teuki Oppa.. bye Siwon Oppa… saranghae Super Junior.” Taeyeon berlalu, dan aku memandangnya.

Kim Taeyeon
Waktu Oppa bilang aku yang cantik, dan kalung ini menambah kecantikanku. Aku nyaris menangis, aku terharu, aku tersentuh. Oppa yang selama ini kucintai diam-diam, memujiku. Oppa memang baik, Oppa selalu baik pada kami. Meski bukan hanya padaku, buktinya ia khawatir juga pada Yuri.
Tapi dia memercayakan kalung ini padaku, boleh kan aku sedikit bangga. Namun, semenjak berita yang menjatuhkan Oppa karena memakai kalung yang sama denganku, aku memutuskan takkan memakainya lagi. Kusimpan baik-baik, ini kalung Super Junior, pacarnya SNSD. Bukan kalung Leeteuk, pacarnya Taeyeon. Itu yang selalu kupikirkan agar aku tak terlena. Kalung itu kusimpan di dalam kotak kecil, kotak yang berisi benda-benda kesayanganku.
”Mian, Oppa…”

Tiffany
Aku sebel banget sahabatku yang satu ini. Jelas-jelas dia ada hati sama Teuki Oppa, disembunyiinya pinteeeeeeeeer bener. Kalo aku yang jadi Taeyeon, bisa-bisa aku darah tinggi gara-gara kebanyakan mendem-mendem perasaan ke orang yang aku cinta. Huuuuh!
Tukang ngigo kayak Taeyeon, rahasianya jadi rahasia umum. Wkwkwkwk. Dulu, pernah dua kali dia ngigau, dan manggil nama Teukie Oppa, yang memang habis kecelakaan. Wajahnya pucat, dan dia keringat dingin dalam mimpinya. Kukira dia hanya perhatian saja karena Teukie Oppa kan orangnya emang baik. Tapi aku dengar dia nangis di rumah sakit. Ketahuan deh, dia naksir, walaupun nggak bilang apa-apa sama kami. Tapi semenjak ada kalung yang menurut cerita dia kalung pacarannya Super Junior dan SNSD, ngigaunya jadi setiap malam, manggil-manggil nama Teukie Oppa. Kan makin serem. (Meski sesungguhnya, kan makin nyebelin karena ganggu tidur orang!)
Tapi aku juga kasian sama dia, dia memendam. Padahal aku yakin cintanya ke Teukie juga gak bertepuk sebelah tangan, kok.
”Taeyeon-ah…” kataku saat kami bersiap tidur.
”Wae?”
”Kalungmu itu…” kataku dengan wajah innocent, niru ekspresi Sunny. ”Kenapa nggak kau pakai?”
”Jangan ah! Kasian Teukie Oppa…”
”Kenapa?”
”Teukie Oppa kan dihina terus, dibilang nggak cocoklah, apalah… daripada kariernya hancur gara-gara kalung doang. Mending nggak aku pakai deh…” kata Taeyeon sambil merebahkan kepalanya di kasur.
”Yah…” aku jadi gemes sendiri. ”Kau kan tinggal bilang itu kalung pacarannya Super Junior dan SNSD. Bukan kau dan Teukie Oppa…”
Taeyeon cuma tersenyum.

Park Jungsoo, Leeteuk
Hari ini aku senang sekali. Setelah tahu dari adik-adikku kalau Taeyeon memakai kalungku itu. Maaf ya, Taeyon-ah… aku tidak melihat langsung, aku sibuk sekali minggu ini.
”Kalungnya dipakai semingguan ini deh, Hyung…” kata Kyu. ”Lagi shoot ataupun nggak pasti dipake. Berarti dia ada rasa tuh…” lanjut Kyu sok tahu.
”Kyuhyun-ah!” kataku, karena wajahku memerah.
Kyu terkikik.
”Yah! Yah! Itu SNSD…” teriak Donghae.
Kami yang sedang berada di lobi, siap-siap mau berangkat ke salah satu stasiun televisi untuk syuting variety show berdiri. Adik-adik perempuan kami, yang sekarang adalah pacar-pacarnya Super Junior itu baru turun dari van. Mereka kayaknya mau latihan.
Awalnya yang keluar Yuri, Yoona, Sooyoung, Hyoyeon, Sunny, Jessica, Seohyun, Tiffany, dan barulah yang terakhir Taeyeon. Aku langsung terserang gelombang elektromagnetik, mataku tak bisa lepas dari Taeyeon yang menggandeng tangan Tiffany memasuki gedung.
Super Junior dan SNSD memang sangat dekat. Seperti kakak-adik, begitu bertemu kami langsung berpelukan, dan saling bertukar salam. Tapi aku membeku, aku bingung. Ada yang aneh, Taeyeon nampak muram, dia diam saja. Senyum sekedarnya, dan lesu. Yang membuatku semakin bingung, Taeyeon tidak mengenakan kalung dariku.
”Yah, Taeyeon-ah, neo gwenchana?” tanya Sungmin pada Taeyeon.
Taeyeon tersenyum. ”Gwenchana, gwenchana, Oppa…”
”Onnie sedang sakit…” jawab Yoona.
”Jeongmal?” tanya Siwon cemas. ”Yah, ke dokter sana, Taeng!”
Aku maju, aku gemetaran. Taeyeon sakit. ”Taeyeon-ah, kubilang apa… jaga kesehatan. Sekarang kau sakit, kan?”
”Mian, Oppa…” hanya itu yang dia katakan.
Sayang, aku harus buru-buru pergi dari situ. Aku harus profesional. Namun di jalan. Aku tidak tenang sama sekali, aku kepikiran. Dan itu dilihat oleh anggota yang lain, yang memang tahu.
”Hyung ini! Cemas ya bilang cemas,” celetuk Kangin.
”Iya, Hyung…”

Kim Taeyeon
Badanku akhirnya drop. Jadwal padat, iya. Kurang tidur, bukannya kurang lagi, emang udah jarang. Tambah pikiran banyak. Dan pemendaman perasaan yang makin akut. Ya, lengkap penderitaan. Prok. Prok. Prok.
Hari menjelang pukul dua belas malam. Kami masih harus latihan, walaupun semua bilang aku harus berhenti. Karena wajahku sudah pucat, tapi aku memaksa. Karena makin aku diam, makin kepikiran Oppa.
”Onnie, udah lah!” teriak Yoona. ”Liat mukamu, On… pucat! Sebentar lagi kalau biru udah mirip mayat, Onnie… dan kalau Onnie tetap bandel seperti ini, Onnie akan benar-benar jadi mayat!”
Aku hanya menggaruk kepalaku. ”Kalian lanjut dulu, aku ke kamar mandi.” Aku keluar, dan berjalan ke arah kamar mandi. Di kamar mandi, yang dikatakan Yoona memang benar, wajahku pucat. Aku keluar lagi, dan mataku mulai berkunang-kunang, aku terjatuh. Seharusnya ubin dingin yang menciumku, namun kenyataannya satu lengan kokoh menangkapku.
”Taeyeon-ah!” pekiknya panik.
”Oppa…” jawabku lemah.
Teukie Oppa, memegang bahuku. ”Neo gwenchana?!” teriaknya panik. ”Kalau sakit kenapa latihan, sih!” teriaknya. ”Kamu itu aku udah bilang bolak-balik, jaga kesehatan! Makan cukup!” dia agak histeris.
”Mian, Oppa…”
”Kau ini!” kata Teukie Oppa. ”Yang bisa kau katakan hanya mian saja kah? Kau tahu kau hampir membuatku kena serangan jantung melihatmu begini! Kau membuat konsentrasiku buyar diacaraku tadi gara-gara sikapmu tadi siang! Kusuruh kau istirahat, dan kau malah latihan! Sekarang kau mau pingsan di hadapanku! Kau mau buat aku gila, ya?!” aku tak pernah melihat Teukie Oppa kehilangan kendali seperti ini.
Aku cuma bisa diam, karena semua tubuhku mati rasa.
”Kita ke rumah sakit!”
”Jangan, Oppa!” tolakku. ”Istirahat saja sebentar, jangan sampai adik-adikku tahu Oppa…”
”Yah Kim Taeyeon!”
”Mian…” lagi-lagi hanya itu yang bisa kuucapkan.
Teukie Oppa tanpa kuharapkan ternyata mengikuti kemauanku. Dia menggendongku dan membawaku ke salah satu ruangan kecil, yang tak ada orangnya sama sekali. Dia membaringkanku di sofa, dengan kepalaku di pangkuannya. ”Sekarang kau istrahat! Aku tak mau ada kompromi lagi, aku akan bilang adik-adikmu kau pulang duluan!”
”Oppa…” aku menatap matanya. ”Mianhae, komawo…” dan aku tak kuat, lagi menahan mataku, aku tertidur.

Leeteuk
Aku benar-benar tak bisa konsentrasi penuh. Pikiranku melayang pada Taeyeon. Pucat dan tak bersemangat, Yoona bilang dia sakit. Itu makin membuatku gelisah, akhirnya aku buru-buru kembali ke SM. Dan benar saja, aku menemukannya nyaris pingsan di depan toilet, aku menangkapnya.
Aku tak percaya ini, sekarang dia ada di pangkuanku. Dia tertidur, wajahnya yang selalu muncul di mimpiku dan di lamunanku kini tertidur polos di pangkuanku. Entah berapa kali aku berdoa agar aku mendapatkan kesempatan ini. Tapi, tidak seperti ini… gadisku ini sakit.
Aku benci melihatnya sakit. Jika bisa, aku ingin ikut sakit juga. Badannya panas, berapa kali kukompres, dengan kompres yang dibelikan oleh Kyu. Dan kuminumkan obat tanpa kesadaran darinya. Adik-adik Super Juniorku mengerti, dan tidak mengganggu, mereka membawa adik-adik Taeyeon pergi. Dan membiarkanku merawat Taeyeon.
Aku tak tahan lagi. Kudekatkan wajahku ke wajah, dan perlahan kukecup bibirnya yang hangat. Aku rasanya mau meledak, aku harus menghentikannya, kalau tidak mau keterusan. Tapi pintu napas Taeyeon itu terlalu manis dan adiktif, hingga aku melumatnya semakin ganas, tanpa sepengetahuan yang punya. Taeyeon sama sekali tidak bergerak, ketika aku memaksa diriku berhenti, tepat di wajahnya aku berkata. ”Saranghae, Taeyeon-ah… saranghae, saranghae…” tanpa kusadari air mataku turun.
Aku membenci diriku yang pengecut. Yang hanya bisa mengatakannya ketika gadis ini tertidur.
Tangisanku, tepatnya, air mataku membasahi pipinya. Dan itu membuatnya me-ngerjapkan matanya, dan terbangun. ”Oppa? Oppa?” dia melihatku menangis, aku langsung mengusap air mataku cepat-cepat.
”Oppa, gwenchana? Oppa?!” tanyanya panik, dan langsung duduk.
”Gwenchana,” jawabku pelan.
Taeyeon memegang pipiku, lembut sekali sentuhan tangannya. ”Oppa… Oppa menangis? Oppa ada apa?” tanya cemas.
”Aku benci diriku sendiri.”
”Wae?”
”Karna aku adalah seorang pengecut.”
Wajah Taeyeon berubah menjadi kaget. ”Tidak kok, kenapa Oppa mikir begitu? Oppa bukan pengecut kok.”
”Sudah, sudah…” aku senyum. ”Neo gwenchana? Badanmu sudah enakkan?” aku dengan berani mengelus pipinya yang putih.
Dia mengangguk, tapi wajahnya terlihat cemas.
”Kuantar pulang ya…” aku berdiri, dan menggendongnya lagi. Harumnya khas, dan aku jadi semakin pusing.
”Oppa, na gwenchana… kau tak perlu menggendongku.” Wajah Taeyeon sarat dengan kekhawatiran.
”Harus!” dan aku menggendongnya hingga ke van. Dan supir akan mengantarkan kami ke dorm SNSD. Wajah Taeyeon mulai berwarna, meski dia masih lemas, dan bersandar.
Tak lama kemudian, dia menoleh padaku. ”Oppa…” katanya dengan sorot matanya yang teduh.
”Ya?”
”Mian,” lalu dia mengeluarkan kalung itu dan menyerahkannya padaku. Apa maksudnya? Dadaku berdebar keras. ”Aku tak sanggup lagi memakainya, terlalu banyak bebannya.”
”Mwo?!” aku speechless.
Taeyeon nampak merasa bersalah. ”Oppa… kalung ini membawa dampak buruk bagi Oppa dan Super Junior. Meski Oppa bilang ini adalah tanda pacarannya Super Junior dan SNSD, tapi bagi orang lain, ini untukku dan Oppa.”
”Lalu?”
”Oppa terlalu baik. Ini kukembalikan, karena aku merasa aku tak pantas memakainya.”
Aku tak bisa menahan emosiku, hingga kurenggut benda itu, dan kalung yang sama yang kupakai, kubuka jendela mobil, dan membuangnya keluar. Taeyeon terperangah, dan menatapku.
”Jangan bicara lagi, Taeyeon-ah!” kataku.
Kim Taeyeon
Begitu sampai di dorm, aku melihat wajah Oppa. Oppa begitu marah, aku tak pernah melihat Oppa semarah itu. Dia pasti kecewa padaku, menganggapku merendahkannya. Oh Tuhan, aku tak bermaksud begitu. Aku tak mau membebaninya, dan bagiku itu saja bebannya sudah berat.
Aku tak kuasa menahan isi hatiku lagi, begitu pintu dorm dibuka Hyoyeon, aku jatuh berlutut, dan menangis kencang. Tiffany, Jessica, Sunny, Sooyoung, Yoona, dan Seohyun keluar dari kamar dan ikut panik melihatku.
”Oppa… Oppa… Oppa…” hanya itu yang bisa kukatakan.
Aku sayang Oppa, aku cinta Oppa, tapi aku hanya membawa beban untuk Oppa. Sementara bebanku sendiri sudah banyak. Oppa, kau begitu baik, jangan buat aku merana dengan perasaan cinta ini.

Leeteuk
Akhirnya aku tahu, bahwa Taeyeon tidak pernah mencintaiku. Dia memang menganggapku biasa saja. Aku membebaninya, aku membuatnya terbebani, dengan semua gosip miring yang menghinanya. Seharusnya aku keluar, membelanya, bukan hanya diam, dan membiarkannya menanggung itu semua sendirian.
Aku pria bodoh, tak ada satu pun wanita yang akan menyukai pria sepertiku yang justru membiarkan gadis yang kucintai menanggung beban. Egois, babo! Itulah aku, dan aku sampai di dorm dalam keadaan mabuk, karena tak kuasa menahan penolakkan Taeyeon.

Kim Taeyeon
Semua isi dorm udah tidur. Aku harus pergi, aku harus mencari kalung itu. Kalung itu berharga buatku, meski Oppa hanya menganggapnya kalung sebagai persahabatan antara Super Junior dan SNSD. Aku harus mencarinya.
Kyuhyun
Akhirnya Park Jung Soo a.k.a Leeteuk Hyung mabuk. Dia memaki dirinya sendiri, dan mengomeli dirinya sendiri, soal kecerobohannya. Dan seisi dorm tahu kalau dia membuang kalung couple-nya dengan Taeyeon di tengah jalan. Sekarang Hyung udah tidur, dia tertekan banget.
Aku nggak nyangka kalau memendang perasaan kepada seseorang terlalu lama, bisa menyebabkan penyakit akut seperti yang Hyungku alami ini. Semua khawatir akan keadaan Teukie Hyung. Apa yang terjadi? Benarkah Taeyeon sebetulnya tidak menyukai Teukie Hyung?
Telepon dorm berdering. Tinggal aku, Donghae Hyung, dan Siwon Hyung yang masih bangun. Kulihat Donghae Hyung mengangkat telepon. ”Yeobosaeyo… ne… oooh, Tiffany-ya… ada apa? Tumben banget malem-malem begin…” kata-kata Donghae Hyung terhenti.
Lantas aku dan Siwon Hyung mendongak. Dilihat dari ekspresi Donghae Hyung, ada yang nggak beres nih.
”Mwo?!” teriak Donghae Hyung.
Siwon Hyung berdiri mendekati Donghae Hyung yang kaget. ”Hyung, wae?” tanyanya.
”Aro… aro… kuberitahukan yang lain! Aro… neo gwenchana? Kalian tunggu di dorm ya! Ingat! Jangan ada yang keluar, arraseo?” dan Donghae menutup teleponnya.
”Hyung, wae?” tanya Siwon Hyung.
Donghae menarik napas dalam-dalam. ”Taeyeon dia keluar! Dia kayaknya nyari kalung yang dibuang sama Teukie Hyung. Padahal dia kan lagi nggak sehat, anak-anak SNSD pada panik!”
”MWO?!” aku dan Siwon Hyung teriak.
”Lalu gimana?!” tanyaku ikutan panik.
”Kita harus nyari dia, sebelum dia kenapa-napa! Cepetan bangunin yang lain!”
”Teukie Hyung kudu dibangunin gak?” tanya Siwon Hyung pada Donghae Hyung.
”Jangan deh! Dia juga lagi mabuk, ayo cepetan!”
Dan akhirnya kami bersepuluh, minus Teukie Hyung dan Kibum, siap-siap mau berangkat. Ketika Teukie Hyung muncul, dengan wajah sembab, kebingungan melihat kami memakai mantel.
”Kalian mau kemana?” tanyanya heran. Dari suaranya, kentara dia sudah tidak mabuk lagi.
”Hyung…” semua saling pandang.
”Wae? Ada apa? Ada yang terjadi?”
Semua masih saling pandang.
”Kalian tidak akan keluar dari dorm tanpa memberitahu mau kemana, dan ada apa!” katanya tegas.
Aduuuuh, leader!
”Hyung…” kata Yesung pelan. ”Taeyeon-ah…”
”Taeyeon-ah? Taeyeon-ah waekeurae?” tanya Teukie Hyung langsung. Wajahnya memucat.
Kali ini aku yang menjawab. ”Hyung, Taeyeon-ah… dia kabur dari dorm, dia mencari kalungmu.”
”Mwo?!” seru Teukie Hyung.
Dan tanpa ba, bi, bu, Teukie Hyung melesat duluan keluar dari pintu, dan menghilang dari pandangan. Aku mengerti, Taeyeon sebetulnya juga mencintai Teukie Hyung, sama seperti Teukie Hyung mencintainya. Aku berharap, tak ada sesuatu yang buruk.

Leeteuk
Aku nggak bisa berpikir lagi. Tadi Taeyeon sudah pingsan di hadapanku, sekarang dia hilang untuk mencari kalungku. Aku benar-benar bodoh! Aku harus menemukan-nya, kalau terjadi sesuatu padanya, aku takkan pernah bisa memaafkan diriku sendiri seumur hidupku karena telah mencelakai gadis yang kucintai.
Aku mencari, mencoba mengingat dimana tepatnya tadi aku melempar kalung itu. Sementara gerimis mulai turun. Ya Tuhan, hujan pula! Gadis itu belum kutemukan dan sudah hujan, Ya Tuhan… selamatkan dia dulu, baru aku… selamatkan dia dulu… baru aku, ini salahku! Hukum aku, jangan hukum aku lewat dirinya Tuhan… aku semakin membatin.
Dimana dia? ”TAEYEON-AH! TAEYEON-AH!” aku mulai berteriak di tempat yang kuperkiran tadi aku melempar kedua kalung itu. ”TAEYEON-AH! KAU DIMANAAAA?”
Hujan semakin deras.

Kim Taeyeon
Aku yakin Oppa membuang kalung itu disini, maka meski ini semak-semak, aku harus mencarinya. Sudah setengah jam aku mencari, tapi kedua kalung itu belum kutemukan, aku harus mencarinya meski nyawaku taruhannya. Meski badanku harus hancur dulu karenanya.
Aku memang masih sakit, tapi kalung itu dan Teukie Oppa lebih penting. Maka, aku tidak menghiraukan gerimis, yang semakin lama, semakin deras turun membasahi seluruh badanku. Batukku semakin lama semakin parah, dan mataku kembali berkunang-kunang, akibat hujan. Akhirnya benda itu kutemukan, keduanya kugenggam, sebelum akhirnya aku ambruk ke tanah basah di bawahku. Samar-samar aku mendengar suara yang sangat kukenal berteriak.
”TAEYEON-AH! TAEYEON-AH! TAEYEON-AH KAU DIMANAAAA?!” teriakannya sangat indah. Oppa, ingin aku menjawabmu, namun aku tak sanggup menjawabnya. Oppa, aku harap aku masih bisa mengatakannya, bahwa aku mencintaimu Oppa…
Leeteuk
Aku bisa gila! ”TAEYEON JAWAAAAAB! KAU DIMANA? BERHENTI MEMBUATKU GILAAAA…”
”Hyung! Hyung!”
Aku menoleh ke belakang, adik-adikku sudah berhasil mengejarku. Mereka sama basah kuyupnya seperti aku. Kudengar ada suara rintihan, aku diam, dan aku meloncat ke petak semak di depan, dan membukanya. Aku terkejut, Taeyeon, sudah terkapar di tanah.
”TAEYEON-AH!” jeritku.
Adik-adikku ikut maju dan aku mengangkat kepalanya. Wajahnya pucat, makin biru saja.
”Oppa…” katanya lemah. ”Mian, jeongmal mian… aku tak bermaksud tidak menghargai! Kalung ini berharga sekali…”
”BABO!” teriakku tak tahan. ”Bisa tidak sih kau berhenti membuatku gila?! Aku sudah tak tahan!”
”Mian, Oppa…” katanya lagi. ”Kalung ini akan membuatmu dihujat, karena aku tak pantas memakainya. Aku tak pantas menjadi kekasihmu. Tapi, Oppa… aku cinta padamu… lebih dari apa pun, aku tak mau kau menderita karena rasa cintaku padamu, karena aku salah mengartikan perhatianmu.” Dan Taeyeon pun tak sadarkan diri.
Aku terdiam. Taeyeon mengatakan apa barusan?
”Oppa…”
Aku menoleh, Tiffany, terbungkus jas hujan dan memakai payung. ”Taeyeon-ah… dia mencintaimu, dari dulu… tapi merasa tak mampu mengimbangimu.”

Kim Taeyeon
Aku terbangun, dengan selang infus di tangan kananku. Dan selang oksigen di hidungku, wajahku kaku sekali.
Aku menoleh. Tak ada siapa pun disini. Aku di rumah sakit, hal terakhir yang kuingat aku menemukan kalung itu. Tapi dimana kalung itu sekarang. Siapa yang menemukanku?
Pintu terbuka, dan betapa terkejutnya aku begitu wajah Oppa yang terlihat. Oppa pun nampaknya kaget.
”Oppa…” kataku lemah.
”Taeyeon-ah…” katanya terperangah. Dan dia menangis, lalu berlari memelukku. Pelukannya erat, dan menenangkan.
”Oppa…” kataku.
Teukie Oppa melepasku tapi wajahnya kemudian menatapku, dahinya bersentuhan dengan dahiku. Astaga, napasnya pun berasa di kulitku. Aku merinding, ekspresi yang biasa kutahan, akhirnya semua keluar.
”Wae?” tanyanya. ”Kenapa kau tak pernah bilang? Kenapa kau menyembunyikannya dariku? Kenapa kau tetap membuatku gila selama tiga tahun ini?!” tanya cepat namun, tetap lembut dan menggetarkan.
Aku bingung. ”Maksud Oppa?” dan aku ingat, sebelum aku hilang kesadaran, aku mengatakan perasaanku padanya. ”Oppa…” kataku malu, wajahku memerah semerah merahnya, astaga! Aku tak pernah seperti ini‼!
”Ne…” Teukie Oppa berkata lagi. ”Aku juga mencintaimu selama ini! Aku tak pernah mengira sekali pun kau akan balas mencintaiku. Aku nyaris gila menahan perasaanku padamu! Kau tega sekali…”
Tak kurasa air mataku jatuh. ”Oppa yang tega! Mana mungkin aku mengatakannya padamu? Memangnya aku siapa? Oppa lupa siapa Oppa? Mana mungkin aku mampu mengatakannya?!”
”Cinta itu tidak memandang apa pun! Logika pun kalah karenanya… aku cinta padamu, pertama kali aku bertemu denganmu…”
”Tapi, Oppa…”
”Tak ada tapi! Aku sudah cukup menderita lama karena aku tak pernah mengutara-kannya, dan aku yakin kau juga!” seru Teukie Oppa. ”Be my lady, Taeyon-ah… jangan buat aku gila lagi…”
”Oppa…” aku menangis.
Teukie Oppa menggenggam wajahku, dengan kedua tangannya dihapusnya air mataku. ”Taeyeon-ah, apa kau mencintaiku?”
”Lebih dari nyawaku sendiri…” jawabku tersendat. ”Aku tak pantas untukmu, Oppa…”
”Tak ada yang pantas, kecuali kau! Kalau kau saja tak pantas apalagi yang lain… Taeyeon-ah, sudahlah!” seru Oppa kesal. ”Kita sudah sama-sama menderita karena menahan ini!”
Dan Oppa kemudian mendekatkan wajahnya lagi, kali ini, aku yakin akan apa yang akan dilakukannya. Yap, dia mencium bibirku lembut, aku mau pingsan rasanya! Aku suka sekali…
”Oppa…” aku melepaskan diri. ”Kalungnya?”
”Ada…” jawab Teukie Oppa agak jengkel karena aku melepasnya.
Aku menghela napas. ”Oppa… aku cinta padamu,” akhirnya aku mengakuinya. Aku tersenyum. ”Be my boy, Oppa…”
Teukie Oppa terperangah, kaget karena kalimat itu pun keluar dari mulutku. Dan dia langsung menyambarku lagi, kami berciuman dengan pelan, namun panas. Seperti ada kupu-kupu menggelepar di perutku.
Brak!
”OMO! HYUNG!”
”ONNIE!”
Buru-buru aku memisahkan diri, Oppa bahkan loncat ke sofa. Anggota Super Junior lain, berikut adik-adikku di SNSD melongo di depan pintu.
”Hai…” sapaku dengan wajah memerah.
”Yaaah, Onnieku tak pernah memerah seperti ini sebelumnya…” Yoona, Sooyoung, dan Seohyun memelukku.
”Taeyeon-ah… kau sembuh!” pekik Hyoyeon senang.
Aku tersenyum. Sementara cowok-cowok Super Junior itu terbelalak, dan Oppa nyengir-nyengir gak jelas di sofa. Ya, akhirnya aku menerimanya menjadi kekasihku. Perasaanku lega setelah ini terjadi.

3 comments:

zee said...

kereeeeeeeeeeeeennnnnnnnnn...
alur'a bgs bgt..
w jd ikut terlarut dalam keadaan yg trjadi..
ah poko'a TOP BGT dah..

Lee Haejin-nisya said...

gomawo zii...
hehehe...
bener-bener makasih udah mau baca ff 9uw...

dita hirama said...

omoooo... onnie aku sengaja baca part taeng- teuki duluan
hohoo.. mian baru bisa baca sekarang ya onn
aku nyaris loncat+ nangis pas baca ini ff di pelajaran bahasa indo, padahal ada gurunya... hahha
nanti aku lanjut lagi bacanya ya onn :D

Post a Comment